Tuesday 14 August 2012

PUASA SEUMUR HIDUP (bag.1)

oleh: KH. BACHTIAR AHMAD
========================
Ramadhan akan segera berakhir, akan tetapi “kewajiban berpuasa” bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian tidak akan pernah berakhir selagi hayat dikandung badan.  Sesungguhnya bagi orang-orang  yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, kewajiban berpuasa itu tidaklah boleh berhenti  untuk ia laksanakan, sekalipun bulan Ramadhan sudah berlalu dari kehidupannya. As-Syaikh Muhammad Yusron mengatakan, bahwa “puasa wajib” yang diperintahkan Allah dalam bulan Ramadhan hanyalah sebagai “latihan total” dari pelaksanaan “perintah  puasa” yang  diwajibkan Allah bagi orang-orang beriman dalam bulan-bulan yang lain.

Lebih lanjut Syaikh Muhammad Yusron menjelaskan, bahwa pada hakikatnya “puasa” adalah salah satu sarana dan prasarana bagi orang-orang yang beriman untuk   mengendalikan hawa nafsunya. Sedangkan “pengendalian hawa nafsu itu wajib dilakukan setiap sa’at”; tidak hanya di bulan Ramadhan saja. Hanya saja banyak yang tidak menyimak dan memperhatikan hal  ini. Sehingga apa yang terjadi adalah, bahwa selepas Ramadhan banyak orang yang tidak lagi mampu mengendalikan hawa nafsunya, bahkan untuk hal-hal yang dihalalkan Allah SWT kepadanya. Berikut ini adalah beberapa penjelasan Syaikh Muhammad Yusron tentang “puasa seumur hidup” tersebut, baik yang bersifat jasmani maupun aspek ruhaniyahnya:

PUASA PERUT.
Secara umum puasa yang kita kenal adalah menahan diri makan dan minum dalam batas waktu yang telah ditetapkan Allah, yakni sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Akan tetapi sebenarnya “soal  menjaga “perut” dan membatasi diri dari makan dan minum tidak hanya diperintahkan Allah melalui puasa Ramadhan yang telah diwajibkan-Nya. Keadaan itu  berlaku sepanjang umur yang kita lalui.  “Sebab jika selera tidak dijaga”, maka hal tersebut tidak hanya akan membahayakan diri sendiri, tetapi berbahaya bagi orang lain. Dan hal inilah yang tersirat dalam firman Allah SWT:

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S.Al-A’raaf: 31)

Sehubungan dengan hal itu tentulah dapat kita maklumi, bahwa makan dan minum secara berlebih-lebihan tentu akan merusak kesehatan dan juga akan mendatangkan mudharat yang lain seperti pemborosan; sifat rakus; mubazir dan berbagai perilaku buruk lainnya yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Jadi dalam rangka mencegah hal-hal yang demikian itulah Allah memerintahkan kita untuk berpuasa, agar “selera perut” bisa dikendalikan dengan cara melatih diri “berlapar-lapar dan berhaus-haus”  pada waktu yang telah ditentukan Allah selama bulan Ramadhan dan pada akhirnya dapat pula di aplikasikan di bulan-bulan yang lain.

PUASA INDRAWI.
Kita tentu juga maklum, bahwa dalam “puasa” juga diperintahkan untuk mengatur dan mengendalikan nafsu melalui pemanfaatan indra tubuh yang ada, sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, dan perbuatan dusta dan jahil/bodoh, maka Allah tidak butuh akan lapar dan dahaga (puasa) mereka.” (HR. Bukhari; Abu Dawud dari Abu Hurairah r.a)

Dalam hadis yang lain dinyatakan oleh Rasulullah SAW: “Jika kamu sedang berpuasa, maka jangan berkata keji; jangan ribut (marah) dan jika ada orang yang memakimu atau yang mengajakmu berkelahi, hendaklah dikatakan kepadanya “saya sedang berpuasa”.  (HR. Muttafaq ‘alaihi dari Abu Hurairah r.a)

Dan tentu saja pengendalian indrawi tubuh agar tidak terpengaruh oleh kejahatan nafsu juga berlaku pada hari-hari yang lain. Tidak hanya hanya di bulan Ramadhan. Dan untuk hal ini secara ringkas dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Yusron menjelaskan sebagai berikut………………. (insya Allah bersambung) Wallahua’lam.

Jakarta, 25 Ramadhan 1433 H / 14 Agustus 2012
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.