oleh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Allah SWT telah menegaskan, bahwa orang yang paling
beruntung adalah orang yang mengerjakan “amal shalih” sebagaimana yang tersirat
dalam firman-Nya: “Demi masa; Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian; kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran.” (Q.S.Al-Ashr: 1-3)
Sementara dalam ayat yang lain Allah
berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya; kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka); kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (Q.S. At-Tiin: 4-6)
Secara umum “amal saleh” itu adalah
penjabaran dari “iman kepada Allah Ta’ala” dalam bentuk perbuatan; tindakan
maupun ucapan yang dilakukan seseorang; baik dalam hal melaksanakan apa-apa
yang telah ditetapkan dan diwajibkan Allah dan Sunnah Rasulullah SAW maupun
hal-hal lainnya yang tidak dijelaskan secara rinci dan tidak bertentangan
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan semuanya itu dilakukan demi melaksanakan
perintah Allah dan Rasul-Nya, serta semata-mata mencari dan mengharapkan ridho
Allah SWT. Dan oleh hal yang demikian inilah, maka “sekecil” apapun amal saleh
yang dilakukan wajib dijaga dan dipelihara, agar apa yang dilakukan itu tidak
sia-sia belaka dan malah balik merugikan diri sendiri.
Sehubungan dengan hal itu pula, maka
dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW menjelaskan tentang 6(enam) perbuatan atau sikap yang patut diwaspadai dan dijauhkan dari diri, agar amal
saleh tidak menjadi rusak. Sebab 1(satu) saja di antara yang enam itu dimiliki oleh
seseorang, maka semua kebajikan dan amal
saleh yang dilakukan dapat menjadi rusak dan sia-sia.
Yang pertama adalah “berprasangka buruk
dan sibuk mengurusi orang lain” yang dalam hal ini secara tersirat
diperingatkan Allah SWT dengan firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah
dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang
lain. Sukakah salah seorang di antara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Q.S.
Al-Hujuraat: 12)
Yang kedua adalah “keras hati” yang
menyebabkan tumbuhnya “penyakit hati” seperti riya’; ujub; takabbur dan hasad
yang sangat berbahaya bagi kehidupan seseorang; baik di dunia maupun di akhirat
kelak. Tentang hal ini Allah SWT mengingatkan: “Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S.
An-Nisaa’: 36)
Allah SWT juga menegaskan:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri
untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S.
An-Nisaa’: 142)
“Adapun orang-orang yang beriman dan
berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah
untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan
menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh
bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada Allah.” (Q.S.
An-Nisaa’: 173)
Yang ketiga adalah “cinta dunia”, suatu
perkara yang tidak layak dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Sebab “cinta
dunia” pada hakikatnya adalah sesuatu yang telah Allah khususkan bagi
orang-orang kafir sebagaimana firman-Nya: “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan
mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang
bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi
rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (Q.S. Al-Baqarah:
212)
Yang ke-empat adalah “panjang
angan-angan” yang bersumber dari bisikan syaitan yang dilaknat Allah
sebagaimana yang dijelaskan Allah dengan firman-Nya: “Syaitan itu memberikan
janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka,
padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”
(Q.S. An-Nisaa’: 120)
Yang kelima adalah “berbuat zalim”
kepada sesama. Orang yang zalim adalah orang yang selalu merugi sebagaimana
pernyataan Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (Q.S. Yusuf: 23)
Kezaliman tidak hanya dapat dirasakan
oleh seseorang secara phisik dan material, tapi juga secara bathiniah akibat tindakan dan ucapan
buruk yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Orang yang zalim sangatlah dibenci oleh
Allah, dalam hal ini jangankan bersahabat dan melakukan kerja sama dengan
mereka, bahkan untuk merasa cenderung dan senang kepada si zalim pun, Allah
melarangnya secara tegas: “Dan janganlah
kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api
neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain
daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Q.S. Huud: 113)
Yang ke-enam adalah “tidak punya rasa
malu”.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW
bersabda: “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang
tertinggi adalah kalimat “Laa ilaha illallaah”; dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan rasa malu itu adalah salah satu
dari cabang iman.” (HR. Mutafaq ‘alaihi dari Abu Hurairah r.a)
Sedangkan dalam hadis yang lain
diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Rasa malu dan iman itu terikat
menjadi satu; jika yang satu sudah hilang, maka yang lainnya juga akan ikut
hilang.” (HR.Al-Hakim dari Ibnu Umar r.a)
Inilah beberapa perkara atau perbuatan
yang dapat merusak amal saleh kita, yang merubah keberuntungan menjadi
kerugian; baik di dunia maupun di akhirat. Mudah-mudahan Allah SWT tetap memberikan
pertolongan-Nya kepada kita, sehingga dengan demikian amal saleh yang kita
lakukan senantiasa terjaga dan terpelihara. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 01 Jumadil Akhir 1434 H
/ 12 April 2013.
KH.Bachtiar Ahmad.
No comments:
Post a Comment