oleh:
KH.Bachtiar Ahmad
======================
Dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik, dia
berkata: “Sa’at kami sedang
duduk-duduk bersama Rasulullah SAW, beliau berkata: “Akan datang kepada kalian
sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga.” Dan beberapa sa’at
kemuian datanglah seorang laki-laki dari
kaum Anshar dengan bekas bekas air wudhu’ yang masih mengalir di jenggotnya,
sedang tangan kirinya memegang terompah. Keesokan harinya Rasulullah saw
mengatakan hal yang sama, dan ternyata laki-laki itu yang datang lagi persis
seperti kedatangannya yang pertama kali. Dan hal yang sama terjadi lagi di hari
ketiga.
Selanjutnya Anas r.a mengatakan; Bahwa melihat
keadaan yang demikian, setelah Rasulullah SAW beranjak, Abdullah bin Amr bin Ash membuntuti laki-laki tadi sampai ke
rumahnya. Lalu Abdullah berkata: “Aku
telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk tidak
mendatanginya selama tiga hari. Bila kau setuju, aku mau tinggal bersamamu
sampai tiga hari.” Abdullah
sengaja berbohong dengan harapan agar laki-laki itu mau menerimanya
menginap dan ia bias melihat amalan apa gerangan yang dilakukan oleh laki-laki
tersebut, sehingga dirinya telah ijamin oleh Rasulullah SAW sebagai penghuni
surga. Dan dengan senang hati laki-laki itupun menerima permintaan Abdullah bin
Amr bin Ash.
Kata Anas r.a: “Abdullah menceritakan, bahwa dia telah menginap di tempat laki-laki
itu selama tiga hari. Dia lihat orang itu sama sekali tidak bangun malam (bertahajjud).
Hanya saja, setiap kali dia berkata dan menggeliat di atas ranjangnya, dia
selalu membaca dzikir dan takbir sampai dia bangun untuk melaksanakan sholat
subuh. Selain itu kata Abdullah: “Aku
tidak pernah mendengarnya berbicara kecuali yang baik-baik.”
Setelah tiga malam berlalu dan hampir saja aku
menyepelekan amalnya, aku terusik untuk bertanya: “Wahai hamba Allah, aku mohon ma’af kepadamu; bahwa sesungguhnya aku tidak
pernah bertengkar dan tidak saling menyapa ayahku. Aku sengaja berbohong
setelah aku mendengar Rasulullah SAW berkata tentang dirimu sebanyak tiga kali,
bahwa engkau adalah salah seorang yang kelak akan menjadi penghuni surga. Maka
akupun ingin bersamamu agar bisa melihat apakah amalanmu, sehingga Rasulullah
SAW menyatakan hal itu kepada kami; dan aku berharap bisa mngambil pelajaran
darimu untuk ku-ikuti. Tetapi kau ternyata tidak terlalu banyak beramal. Lalu apakah
sebenarnya amalanmu, sehingga engkau mencapai derajat mulia sebagaimana yang
telah disabdakan Rasulullah SAW itu”.
Mendengar perkataan Abdullah tersebut, laki-laki
itupun menjawab: “Aku tidak mempunyai
amalan kecuali yang telah kau lihat sendiri, bahwa aku hanya berusaha
semaksimal mungkin melaksanakan apa-apa yang telah diwajibkan Allah dan
Rasul-Nya. Dan disamping itu aku tidak pernah berlaku curang terhadap seorang pun dari kaum muslimin.
Aku juga tidak iri hati pada seseorang atas karunia yang telah diberikan oleh
Allah SWT kepadanya; aku hanya selalu berusaha untuk berbagi kepada yang lain
dengan apa yang ada padaku. Aku juga selalu berbaik sangka dengan siapapun.”
***
Barangkali bukan hanya Abdullah bin Amr bin Ash r.a
yang terpana mendengar jawaban laki-laki (calon) “penghuni surga” tersebut, akan
tetapi juga kita semua dan kemudian berkata dalam hati; bahwa amalan untuk menjadi
penghuni surga sebenarnya tidaklah begitu sulit dan sukar. Namun pertanyaannya
adalah; “Apakah kita sanggup melakukannya ?”. Wallahua’lam
(dipetik dan dieit dari Kisah-Kisah Sufistik)
Jakarta, 14 Rajab 1434 H / 24 Mei 2013
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment