oleh: KH.Bachtiar
Ahmad
====================
Setiap ucapan dan perbuatan kita pasti akan diminta
pertanggunganjawabannya oleh Allah SWT. Terlebih-lebih lagi setiap perkataan
kita yang mengandung kebajikan dalam bentuk amar ma’ruf nahi mungkar; Dan oleh hal yang
demikian itulah Allah SWT mengingatkan kita dengan firman-Nya:
“Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri..” (Q.S. Al-Baqarah: 44)
Adapun tentang orang-orang yang hanya pandai berkata-kata, menyuruh orang
lain melakukan kebajikan, sementara tidak melaksanakan sendiri apa-apa yang
diucapkannya itu adalah laksana sebatang lilin. Ia hanya pandai memberikan
cahaya dan penerangan kepada apa yang ada di sekitarnya, sementara dirinya
sendiri dibiartkannya terbakar dan meleleh tanpa arti. Hal ini secara tegas telah diingatkan oleh
Rasulullah SAW dalam sebuah hadis:
“Perumpamaan orang
yang mengajarkan kebajikan kepada orang lain dan melupakan dirinya sendiri,
adalah merupakan lentera (lilin) yang menerangi orang sementara dia sendiri
dalam keadaan terbakar.” (H.R. Imam Ahmad r.a)
Sementara itu di
lain sisi, maka menurut ketentuan hukum
agama, orang yang semacam inilah yang disebut sebagai pendusta besar atau orang
yang munafik yang sangat
dibenci Allah SWT sebagaimana yang
secara tersurat dan tersirat dalam firman-NYA:
“Wahai orang-orang
yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
/ Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(Q.S. As-Shaff: 2-3)
Selain itu dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
“Pada hari Kiamat nanti seseorang akan
dibawa dan dimasukkan ke dalam neraka, lalu isi perutnya terburai keluar, dia melilitkannya
laksana himar (keledai) yang memutar gilingan. Para penghuni neraka berkumpul
di dekatnya seraya bertanya: “Hai fulan, kenapa kamu ini? Bukankah dulu kamu
memerin-tahkan untuk berbuat ma’ruf dan meninggalkan kemungkaran?” Lalu dia
menjawab: “Memang dulu aku pernah memerintahkan kalian untuk melakukan yang
ma’ruf dan meninggalkan kemungkaran, tapi aku sendiri tidak melaksanakannya.
Dan mencegah kalian agar tidak berbuat mungkar, malah sebaliknya aku yang
melakukannya.” (Al-Hadits)
Jadi dengan sedikit
penjelasan di atas, maka marilah kita konsisten dengan apa yang kita bicarakan
(dakwahkan); baik secara langsung atau hanya sekadar menuliskan “status
facebook”, agar kita selamat dari kebencian dan kemurkaan Allah SWT.
Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 09
Syawal 1434 H / 16 Agustus 2013
KH. BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment