Friday 18 October 2013

HAK DIRI DAN AMANAH ALLAH



0leh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Di siang terik dengan panas yang menyengat itu Mu’awiyah mencari “amirul mukminin” Umar bin Khattab r.a. Mu’awiyah ingin menyampaikan kabar gembira tentang kemenangan pasukan kaum muslimin atas pasukan Rumawi di Iskandariyah (Mesir), dan suasana panas yang menyengat itu memunculkan dugaan dalam diri Mu’awiyah, bahwa “sang Khalifah” sedang tidur siang di masjid (Nabawi), lalu dengan langkah bergegas Mu’awiyah pergi ke masjid. Akan tapi ternyata Sayyidina Umar tidak ada di masjid. Lalu iapun balik bergegas ke rumah Umar dan berpikir, siapa tahu Umar sedang tidur dan beristirahat di rumahnya sendiri.

Sampai di rumah “Umar” ternyata “Sang Khalifah” sedang sibuk membantu menyelesikan pekerjan nrumah bagi keluarganya. Beliau tidak tidur ataupun beristirahat sebagaimana yang dipikirkan Mu’awiyah. Selanjutnya seteah menerima dan mendengar cerita Mu’awiyah, Umar r.a berkata:

“Wahai Mu’awiyah, mengapa engkau berpikiran bahwa aku sedang tidur siang di masjid atau di rumahku sendiri.”

Dengan tersipu-sipu Mu’awiyah menjawab: “Mohon ma’af amirul mukminin, aku hanya sekedar menduga, lantaran siang ini cuacanya sangat terik dan panasnya terasa menyengat.”

Mendengar itu,  dengan tegas Umar berkata kepada Mu’awiyah:

“Wahai Mu’awiyah, bila aku tidur di siang hari, maka hal itu berarti aku sudah mengabaikan hak-hak rakyat yang harus aku tunaikan untuk mereka; termasuk di dalamnya hak keluargaku sendiri. Sebab bagaimanapun aku adalah juga seorang pemimpin di dalam keluargaku. Sebaliknya jika aku tidur sepanjang malam, maka hal itu merupakan suatu kerugian, sebab aku telah menyia-nyiakan dan mengabaikan  hak-hak diriku, yang patut kutunaikan kepada Allah SWT. Sungguh aku hanya tidur sekadar yang perlu untuk menjaga diriku agar tetap sehat, agar dapat menjalankan tugas yang telah diamanahkan Allah kepadaku.”

Mu’awiyah hanya tersipu-sipu mendengar ucapan Umar dan kemudian berlalu setelah sekali lagi memohon ma’af kepada “sang Khalifah”.

Mudah-mudahan petikan kisah ini, menjadi pelajaran berharga bagi kita; minimal sebagai hamba Allah  yang diberi amanah untuk memimpin  dan mendidik keluarga sendiri. Wallahu’alam.

(dipetik dan diedit dari Kisah-Kisah Sufistik)

Bagansiapiapi, 14 Dzulqaidah  1434 H / 18 Oktober 2013
KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.