oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
Anakku, sebagaimana yang telah pernah kusampaikan kepadamu; bahwa kaya dan miskin; senang dan susah yang kita alami dalam kehidupan ini, adalah semata-mata berkaitan dengan takdir dan kehendak Allah Ta’ala semata. Walaupun pada lahirnya berkaitan dengan ilmu; pangkat ataupun usaha yang dilakukan orang tersebut. Dan semuanya itu adalah merupakan ujian belaka dari Allah Ta’ala kepada makhluk-NYA yang bernama manusia. Oleh sebab itulah seseorang tidak boleh sombong atau menyombongkan diri ketika dirinya dianugerahi kesenangan hidup, dan sebaliknya juga tidak boleh bersedih atau merasa hina ketika hidup dalam kekurangan. Dan hal inilah yang tersirat dan tersurat dalam firman Allah Ta’ala:
“Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauhul-mahfudz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. // (Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari
kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” (Q.S. Al-Hadiid: 22-23)
Anakku, sebagai perumpamaan kusampaikan padamu; Bahwa seseorang
yang masih muda; berkuasa; kaya dan berharta, tidaklah boleh memandang rendah
dan hina kepada yang tua, miskin dan papa. Sebab bagaimanapun juga, tentulah orang
tua tersebut telah melewati masa yang panjang dalam hidupnya; telah menyelesaikan
sebahagian tugas kehidupannya yang belum tentu dapat diselesaikan oleh yang
muda, karena rahasia umur ada dalam pengetahuan Allah Ta’ala.
Begitu juga seseorang yang sudah tua; berkuasa;
kaya dan berharta, tidaklah dia boleh memandang rendah dan hina kepada yang
muda, yang belum memiliki apa-apa. Sebab bagaimanapun juga, dalam kajian akal
tentulah dia memiliki kesempatan yang lebih banyak dari yang tua. Sehingga
tidaklah mustahil di masa hadapan dengan takdir dan kehendak Allah, keadaan orang muda tersebut akan jauh lebih
baik dan sempurna dari si orang tua.
Anakku, oleh karena keadaan yang semacam
itulah setiap orang wajib bersyukur kepada Allah. Karena dalam pada hakikatnya
tiadalah seseorang itu memiliki kesempurnaan hidup. Seseorang yang kaya lagi
berkuasa pasti memiliki kekurangan, dan begitu pula orang yang miskin yang
dipandang hina, dalam serba kekurangannya pastilah ada kelebihan diri yang
telah dianugerahkan Allah kepadanya.
Anakku, bersyukur kepada Allah adalah suatu
kewajiban; baik bagi yang kaya maupun bagi yang miskin. Sebab pada hakikatnya
Allah telah menciptakan mereka dalam keadaan yang sama sebagaimana yang
tersirat dan tersurat dalam firman-NYA:
“Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl:
78)
Semoga nasihatku ini bermanfaat untuk meningkatkan keimanan
dan ketakwaanmu kepada Allah Ta’ala.
Jakarta, 25 Muharram 1435 H / 29 Nopember 2013
KH. Bachtiar Ahmad.
No comments:
Post a Comment