oleh: KH.Bachtiar
Ahmad
====================
“Katakanlah
(hai Muhammad): Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah (apa-apa yang telah diwahyukan kepada) aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (Q.S.Ali ‘Imran: 31)
Mengacu dan mengaplikasikan Firman Allah Ta’ala di
atas, maka sebagai mukmin; kita semua
pasti mencintai Allah dan Rasul-Nya; Muhammad SAW. Akan tetapi boleh
jadi banyak di antara kita yang tidak mampu untuk menjelaskan tentang makna
atau menggambarkan hakikat kesejatian cinta yang kita miliki itu. Oleh sebab
itu barangkali dengan menyimak dan memahami beberapa “dalil atau definisi”
cinta yang diungkapkan sebahagian ulama berikut ini (saya haya memilih beberapa
di antaranya), kita akan menjadi tahu seberapa besar sesungguhnya cinta kita
tersebut. Atau boleh jadi kita memang belum sepenuh hati mencintai Allah dan
Rasul-NYA.
Menurut SYAIKH
ABI YAZID AL BISTHAMI r.a, “cinta” itu adalah: “Rela meniadakan sesuatu apapun yang
datang dari kita atau orang lain walau
sebesar apapun, dan senantiasa memandang besar dan membesar-besarkan pemberian
dari yang dicintai, walau hanya sebesar biji bayam.”
IMAM AL-QUSYAIRI r.a: “Mengutamakan sang
kekasih diatas yang dikasihi (lainnya).”
SYAIKH ALI AHMAD
AR-RUDZBARRI rhml: “Rela meninggalkan kehendak diri sendiri dan
menyesuaikan diri dengan kehendak sang kekasih.”
SYAIKH ABU
ABDULLAH Al-QURASYI rhml: “Sanggup memberikan
segenap diri kepada sang kekasih, hingga tak sesuatupu tersisa untuk diri
sendiri. Atau dengan istilah lain: Rela berkorban apa saja.”
SYAIKH
ABDULLAH AL-GHAZALI: “Tak ingin membantah
sedikit-pun dan berpisah sekejap-pun dengan sang kekasih.”
Sementara
yang paling utama dari “pendapat-pendapat” di atas adalah apa yang yang dinukil oleh SYAIKH
MUHAMMAD BIN UMAR AN-NAWAWY AL-BANTANY dalam Kitab beliau NASHOIHUL ‘IBAD;
Bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Bukti kebenaran dan
kesejatian cinta terdapat pada tiga hal (keadaan) yakni; Memilih ucapan sang
kekasih daripada ucapan orang lain; memilih duduk dengan sang kekasih daripada
duduk dengan orang lain; dan memilih kerelaan sang kekasih ketimbang kerelaan orang lain.”
Nah, sekarang cobalah ukur hakikat kesejatian cinta yang
anda miliki. Wallahua’lam
Bagansiapiapi, 9 Safar 1435 H / 13 Desember 2014
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment