Friday 20 December 2013

MENGAPA MEREKA BEGITU MENCINTAI ALLAH



oleh: KH.Bachtiar Ahmad.
=====================


Tak dapat disangkal lagi, bahwa dalam soal “mencintai” Allah dan Rasulullah SAW, maka sebagai orang yang beriman tentu kita bisa “iri hati” dengan kecintaan dan keta’atan yang dimilki oleh “para sahabat” Rasulullah SAW. Sebab tidak hanya sekadar harta yang mereka korbankan, melainkan “nyawa” juga dipertaruhkan sebagai “salah satu” bukti kecintaan dan keta’atan mereka sebagaimana banyak yang ditulis da dinukil dalam riwayat dan sejarah perjuangannya Rasulullah SAW.

Lalu apa faktor utama yang memotivasi dan menyebabkan cinta mereka tumbuh sedemikian besar dan hebatnya ? Inilah yang harus kita teliti dan pahami, agar sekalipun kita tidak bisa menyamai dan memiliki cintai seperti mereka; Akan tetapi paling tidak, in syaa’ Allah  bisa meningkatkan kadar dan kualitas cinta kita kepada Allah dan Rasulullah SAW lebih baik dari apa yang kita miliki dan rasakan saat ini.

Dalam hal ini, mengutip beberapa pendapat ulama terdahulu; maka ada beberapa faktor yang menyebabkan tumbuhnya cinta yang demikian itu, antara lain:

Pertama: Mereka adalah orang-orang yang teguh dengan keyakinannya; begitu mereka beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, maka mereka tidak lagi mencampur adukkannya dengan kemusyrikan (baik nyata ataupun tidak), sehingga Allah pun makin meneguhkan keimanan mereka sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an:

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-An’aam: 82)

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Q.S.Ibrahim: 27)

Kedua: para sahabat dan orang beriman terdahulu tak ingin tempat mereka di sisi Allah digantikan oleh orang lain sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, yang diberikan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Maa-idah: 54)

Ketiga: Mereka tahu semuanya menyadari bahwa, cinta dan keta’atan yang mereka berikan kepada Allah adalah tidak sebanding dengan cinta dan kasih sayang yang diberikan Allah kepada mereka. Dengan kata lain, cinta dan kasih sayang Allah kepada kita jauh lebih besar dari cinta dan keta’atan yang kita berikan kepada Allah. Sebab betapapun durhakanya manusia kepada Allah, maka Allah akan tetap memberi ampunan kepada siapa saja yang durhaka kepada-Nya, asal benar-benar bertaubat dan menyadari kesalahannya, sebagaimana yang  dinyatakan Allah dengan firman-Nya:

“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; Sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-A’raaf: 153)

Selain itu menurut Syaikh Abdullah Al-Ghazali, bahwa mereka semuanya sadar dengan sepenuh hati; bahwa tak ada yang lebih dekat dan selalu bersama mereka; Baik dalam keadaan suka maupun duka selain dari Allah SWT sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firma-NYA:

 “dan Dia (Allah) bersama kamu di mama saja kamu berada…”  (Q.S. Al-Hadiid: 4)

Dan hanya wajah Allah jualah yang kekal dalam pandangan mereka:

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 115)

Memang Allah SWT tidak melarang kita untuk mencintai dunia, bahkan menyuruh kita untuk saling cinta dan berkasih sayang dengan sesama, akan tetapi hal itu tentu saja tidak boleh lebih besar dari kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebab bagaimanapun juga cinta kepada dunia dan cinta kepada  sesama pada hakikatnya adalah cinta yang berlandaskan hawa nafsu belaka, sebagaimana yang tersirat dalam Firman Allah SWT:  

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (yakni; surga).”  (Q.S. Ali ‘Imraan: 14)

Semoga kita semua bisa mencintai dan menta’ati Allah dan Rasulullah SAW dengan sebaik-baik dan sebesar-besarnya cinta seperti para sahabat Rasulullah SAW yang dimuliakan Allah SWT. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 16 Safar 1435 H / 20 Desember 2014
KH.Bachtiar Ahmad.

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.