oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
Anakku, sesungguhnya perbedaan pendapat itu
adalah salah satu rahmat Allah sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam
firman-Nya:
“Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat
yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang
yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka.
Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi
Neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (Q.S.Huud:
118-119)
Oleh sebab itu, jika ada saudaramu yang seiman yang
berlainan pendapatnya dengan apa yang engkau ketahui dalam hal yang belum atau
tidak disepakati oleh para ulama; maka janganlah engkau mencemoohkan dan
membantahnya jika tidak menyukai pendapat tersebut. Kalaupun engkau ingin
membantahnya, maka bantahlah dengan cara yang baik lagi arif sebagaimana yang
diperintahkan Allah Ta’ala di dalam Kitab-Nya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Tinggalkanlah perdebatan, sebab salah satu dari
empat tanda-tanda orang munafik itu adalah orang yang selalu berdebat secara
berlebih-lebihan dalam suatu perkara sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Empat
macam perkara, barangsiapa dalam dirinya terdapat semua perkara itu, maka ia
adalah seorang munafik murni dan barangsiapa yang dalam dirinya terdapat salah
satu daripada empat perkara tadi, maka ia telah memiliki satu macam sifat dari
kemunafikan, sehingga ia meninggalkan sifat itu, yaitu: apabila ia dipercaya
berkhianat, apabila berkata berdusta, apabila berjanji mengingkari janjinya;
dan apabila berdebat melewati batas (jahat kelakuannya)”. (HR. Muttafaq 'alaih dari Abdullah bin Amr bin
Ash r.a)
Perlu
engkau ketahui, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW telah menjamin sebuah rumah
di dalam surga bagi siapa saja yang
mampu mengendalikan diri dan meninggalkan perdebatan; baik dirinya dalam posisi
salah maupun dalam posisi yang benar. Beliau bersabda:
“Barangsiapa
meninggalkan perdebatan, sedangkan ia di pihak yang salah; maka Allah akan
membangun sebuah rumah untuknya di perkampungan surga. Dan barangsiapa yang
meninggalkan perdebatan; sedangkan dia di pihak yang benar; maka Allah akan
membangun sebuah rumah untuknya di surga yang tinggi.” (HR. At-Tirmidzy dan
Ibnu Majah dari Anas r.a).
Teguh
atau istiqomahlah dengan ilmu dan pendapat yang engkau yakini kebenarannya. Dan
hendaklah engkau selalu ingat pula,
bahwa kebenaran yang hakiki itu adalah milik Allah semata sebagaimana
firman-Nya:
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab
itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah:
147)
Anakku, oleh hal yang demikian ini pula,
maka janganlah sekali-kali engkau mencemooh atau mencaci pendapat yang engkau
anggap salah dan tidak sepaham denganmu karena Allah Ta’ala juga telah
berfirman di dalam Kitab-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah
kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.” (Q.S. Al-Hujuraat: 11)
Namun demikian, ada baiknya engkau kaji dan teliti juga
pendapat saudaramu itu untuk menambah ilmu dan pemahamanmu akan luasnya
kemudahan dan kelapangan, dalam menjalankan syariat agama Allah yang telah
disampaikan dan diajarkan oleh Rasulullah kepada segenap kaum muslimin.
Anakku, mudah-mudahan nasihatku ini bermanfaat untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaanmu kepada Allah Ta’ala.
Jakarta, 01 Rabi’ul Awal 1435 H / 03 Januari 2014
KH. Bachtiar Ahmad.
No comments:
Post a Comment