oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Anakku, satu perkara
yang sangat tidak disukai oleh manusia adalah rasa sakit; atau datangnya
penyakit yang ditimpakan Allah ke atas dirinya. Padahal sesungguhnya rasa sakit
atau penyakit yang dialaminya itu adalah bagian dari cobaan atau ujian iman
sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam firman Allah Ta’ala:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (Q.S. Al-Anbiyaa’: 35)
Anakku, rasa sakit atau penyakit yang Allah Ta’ala ujikan
kepada orang-orang beriman itu pada hakikatnya adalah suatu rahmat dan nikmat
Allah jika orang yang ditimpa sakit
itu bersabar dalam menerima ujian Allah
tersebut, dan tetap melaksanakan apa-apa yang diperintahkan sebatas kemampuan
yang ia miliki di dalam keadaan sakit tersebut. Keadaan yang demikian ini telah
disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sabda beliau:
“Tiada seorang Muslim-pun yang terkena oleh sesuatu
kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang lebih dari itu, melainkan
Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab mushibah yang
mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya sebagaimana sebuah pohon
menurunkan daunnya; akan tetapi jika ia bersabar dalam menghadapinya.” (HR. Al-Bukhori dari Ibnu Mas’ud r.a)
Rasulullah
SAW juga bersabda:
“Tidak ada kepayahan sakit; kesedihan;
kesengsaraan dan musibah yang menimpa seorang muslim, bahkan seklipun tertusuk
duri, melainkan Allah menjadikan semua itu sebagai penghapus dosanya, jika ia
bersabar. (HR. Al-Bukhori
dari Abu Said Al-Khudry dan Abu Hurairah r.a)
Barangsiapa oleh
Allah dikehendaki akan memperolehi kebaikan, maka Allah akan memberikan musibah
padanya; Baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa yang sangat
dicintainya.” (HR. Al-Bukhori
dari Abu Hurairah r.a)
Anakku, ketika engkau diuji Allah dengan penyakit, maka
janganlah engkau ubah nikmat Allah tersebut menjadi laknat-Nya. Sebab
adakalanya banyak orang yang didera penyakit; bahkan hanya penyakit yang
sedikit saja; dirinya telah mengabaikan kewajibannya terhadap Allah Ta’ala.
Padahal ia masih memiliki kesadaran dan pikiran yang sehat untuk menunaikan
perintah Allah sesuai dengan keringanan dan kemudahan yang telah diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada semua
hamba-hamba-Nya yang sedang sakit.
Oleh sebab itu anakku, ketika engkau menderita sakit
tetaplah beribadah kepada Allah semampumu dan disamping usaha lahiriah yang
engkau lakukan untuk mengobati sakitmu, maka mohonlah kepada Allah Ta’ala agar
engkau segera mendapatkan kesembuhan. Karena hanya Allah Ta’ala jua-lah yang
menyembuhkan segala macam penyakit sebagaimana ucapan Nabiyallah Ibrahim
‘alaihis-salam yang difirmankan Allah di dalam Kitab-Nya:
“dan apabila aku
sakit; DIA-lah yang menyembuhkan aku.” (Q.S. Asy-Syu’araa’: 80)
Ingatlah anakku, bahwa dengan kesabarannya menerima
penyakit yang diujikan Allah kepadanya; maka Allah telah menggantikan semua
milik harta benda dan anak-anak Nabi Ayyub yang sebelumnya telah diambil Allah
dengan berlipat ganda. Begitu juga dengan Nabi Sulaiman, bahwa kesabarannya
dalam menerima ujian sakit yang diberikan Allah kepadanya, maka kepadanya telah
Allah berikan kerajaan dan kekuasaan yang tidak pernah dimiliki oleh
seseorangpun di muka bumi ini.
Anakku, mudah-mudahan nasihatku yang ringkas ini bermanfaat
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaanmu kepada Allah Ta’ala.
Jakarta, 10 Jumadil Akhir
1435 H / 11 April 2014.
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment