Friday 20 June 2014

BLACK CAMPAIGN (1): Jangan merusak amaliahmu.



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
======================
PRABOWO-HATTA dan JOKOWI-JK pada hakikatnya adalah saudara-saudara kita. Dan jika kita memang mengaku sebagai orang bertakwa dan ingin mendapatkan rahmat Allah, maka kita berkewajiban memelihara hubungan baik antara satu dengan yang lain. Bukan mengadu domba mereka sebagaimana yang ditegaskan Allah Ta’ala dengan Firman-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujuraat: 10)

Kini “mereka” tampil sebagai Capres dan Cawapres yang akan kita pilih untuk memimpin Indonesia yang kita cintai ini untuk 5 tahun ke depan. Dan tentu saja kita berkewajiban pula memilih salah satu di antara kedua pasangan calon-calon tersebut sebagai satu bagian bagian keta’atan kita pada perintah Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisaa’: 59)

Akan tetapi sejak diumumkannya “mereka” sebagai Capres dan Cawapres, banyak di antara kita yang terlibat; terjebak dan terhasut dalam “Kampanye Hitam” atau yang lebih populer dengan sebutan “Black Campaign”; mulai dari purnawirawan Jenderal; ilmuwan/cerdik pandai; ulama; bahkan sampai kepada rakyat awam terbawa oleh arus “hujat menghujat” tersebut. Mereka semua seakan-akan  sudah kehilangan hati nurani dan akal sehatnya sebagai “orang yang beriman”.

Dalam bahasa agama “Black Campaign” itu disebut sebagai “GHIBAH” yang secara umum maknanya adalah adalah membicarakan perilaku orang lain; khususnya yang berkaitan dengan hal-hal negatif tentang dirinya.  Baik dengan cara berkata-kata (membicarakannya); menulis tentang hal itu atau hanya dengan sekadar memberikan isyarat dan gambaran tentang keburukan orang yang dijadikan sasaran ghibah.

Allah Ta’ala melarang perbuatan Ghibah tersebut sebagaimana firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.  Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.  Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hujuraat: 12)

Sementara dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:

“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat menjawab : “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Kemudian beliau bersabda :  “Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci.” Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakan itu betul-betul ada pada dirinya?” Beliau menjawab : “Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan).” (HR. Muslim dari Abu Hurairah r.a)

Sedangkan dalam hadis yang lain ada disebutkan, bahwa orang yang suka melakukan ghibah adalah laksana memberikan dengan sangat cepat amal ibadah dan kebajikan yang ia lakukan kepada orang yang menjadi sasaran ghibahnya; sementara kebalikan dari itu dirinya memperoleh sebahagian keburukan atau kejahatan orang yang digunjing/dighibahnya.

Tidak ada alasan apapun bagi orang beriman; entah itu orang berpangkat atau rakyat yang melarat sehingga ia boleh meng-ghibah atau menggunjing orang lain (sekalipun ia adalah orang kafir/non muslim), karena perbuatan itu bisa merugikan dirinya dunia dan akhirat. Didunia orang yang suka meng-ghibah bisa jadi akan dijauhi dan dimusuhi oleh sanak saudara ataupun kawan karibnya (yang dalam masa-masa Pilpres ini berbeda pilihan dengan dirinya); sedangkan di akhirat kelak ia akan menjadi orang yang rugi lantaran amal ibadahnya sudah habis diambil dan diberikan kepada orang yang dighibahnya.

Satu hal yang patut diketahui adalah, bahwa dosa yang disebabkan ghibah ini tidak akan pernah diampuni oleh Allah sebelum yang ia meminta maaf dan ampunan dari orang yang dighibahnya. Dosa ghibah tak bisa dibayar dengan kafarat atau denda dengan melakukan sholat seribu raka’at; istigfar berkepanjangan atau puasa sepanjang tahun sekalipun, kecuali meminta maaf kepada yang dighibah; sekalipun gujingan atau ghibah itu kita lakukan hanya karena ikut-ikutan lantaran ingin membela orang yang kita sukai.

Yang paling menyedihkan dalam situasi dan kondisi “PILPRES” sekarang ini adalah, banyak di antara kita yang mengaku “BERIMAN” kepada Allah dan Rasul-Nya, khususnya “rakyat awam” yang tidak punya kepentingan apa-apa selain fanatismenya kepada salah satu pasangan Capres/Cawapres;  ikut menyebar luaskan “Black Campaign” yang dibuat oleh kalangan non muslim atau orang-orang kafir yang memusuhi salah satu pasangan Capres/Cawapres yang ada. Sehingga dengan demikian mau tidak mau; langsung atau tidak langsung dia telah menjerumuskan dirinya dan mengikuti  perbuatan orang-orang kafir tersebut. Atau dengan kata lain menjadi bagian dari orang-orang kafir tersebut. Bahkan ada yang “hujatannya” melebihi dari apa yang diperbuat oleh orang-orang kafir tersebut. Padahal Allah Ta’ala sudah memberi amaran-NYA:

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.” (Q.S. Ali ‘Imran: 149)

Oleh hal-hal yang demikian inilah kita wajib waspada dan tidak ikut hanyut dalam dinamika “Black Campaign” yang lebih merugikan diri kita sendiri. Sebab pada akhirnya ketika salah satu pasangan Capres/Cawapres tersebut sudah terpilih; baik yang kita suka maupun yang kita hujat; maka kita akan tetap memikul beban dosa “Black Campaign” yang  telah kita perbuat sampai sa’atnya nanti kita berhadapan dengan “yang kita hujat” di pengadilan Hari Akhirat di hadapan Allah Ta’ala. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 18 Sya’ban 1435 H / 17 Juni 2014
KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.