oleh: KH.Bachtiar Ahmad
===================
Suatu hari sang khalifah memberi Abunawas sebatang
tongkat seraya berkata: “Jika suatu saat
engkau bertemu dengan orang yang paling bodoh, tolong berikan tongkat ini
kepadanya. Akan tetapi kalau tidak bertemu juga, maka simpanlah tongkat ini,
sebab mungkin engkaulah yang paling bodoh di dunia ini.” Dan mendengar
titah sang khalifah Abunawas hanya manggut-manggut dan berjanji akan selalu
taat dan mengingat titah sang khalifah.
Sampailah pada suatu ketika sang Khalifah jatuh sakit
keras dan saat itulah Abunawas datang menjenguk. Kemudian terjadilah percakapan
di antara mereka:
“Wahai Abunawas, aku merasa seakan-akan tak ada obat yang
dapat menyembuhkan sakitku. Kini aku hanya
dapat membayangkan
jalan penghabisan yang terbentang di hadapanku.”
“Lalu kemanakah baginda akan pergi?”
“Aku akan melangkah ke dunia lain.”
“Berapa lamakah baginda akan tinggal di sana? Bilakah
baginda akan pulang ke negeri ini.”
“Wahai Abu
seperti yang kau tahu, tak seorangpun yang dapat
pulang lagi dari dunia yang akan
kutuju
itu.”
“Kalau begitu, tentulah baginda
sudah membuat persiapan
awal. Apakah baginda
sudah mengirimkan
pasukan pengawal yang akan
menjaga keselamatan baginda di sana?”
“Wahai Abu apakah kau tak tahu
bahwa kita akan kesana hanya
seorang diri. Dan rasanya aku tak perlu
membuat persiapan khusus untuk
itu.”
“Wahai amir-ul-mu’minin! Biasanya anda selalu mengerahkan
pengawal untuk membuat
persiapan yang sangat teliti
untuk perjalanan anda
yang hanya beberapa hari
anda lakukan. Sekarang
anda hendak pergi
ke tempat di mana anda akan tinggal selama-lamanya, tapi
anda tidak membuat persiapan. Jadi saya rasa sekarang inilah saatnya
saya menjumpai orang yang lebih
bodoh dari saya,
maka sebenarnya yang lebih berhak memiliki tongkat yang
pernah tuan berikan kepada saya beberapa waktu yang lalu.”
(dinukil dan diedit dari Kisah-Kisah
Teladan)
Bagansiapiapi,
20 Ramadhan 1435 H / 18 Juli 2014
KH.Bachtiar
Ahmad.
No comments:
Post a Comment