oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Anakku, satu hal yang
tidak pernah kita sadari adalah, bahwa sesungguhnya tidak ada cinta yang
melebihi cinta Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Sebab dalam keadaan apapun dan
bagaimanapun sikap kita kepada-Nya, maka Allah Ta’ala tidak akan pernah
meninggalkan hamba-Nya walau barang sekejappun sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firman-Nya:
“Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. Al-hadiid: 4)
Anakku, di antara tanda-tanda kecintaan Allah Ta’ala kepada
hamba-Nya adalah; Bahwa Allah Ta’ala tidaklah serta merta menghukum hamba-hamba
yang durhaka kepada-Nya, melainkan Allah memberikan kesempatan kepada si hamba untuk
bertaubat dan memperbaiki segala kesalahan dan kedurhakaannya sebagaimana
firman-Nya:
“Kemudian,
sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan
karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat
sesudah itu dan memperbaiki (dirinya); sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nahl:
119)
Bahkan kesempatan untuk bertaubat itupun selalu terbuka
sebelum nafas kehidupan atau ajal si hamba sampai ditenggorokannya sebagaimana
sabda Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla itu menerima
taubatnya seseorang hamba selama rohnya belum sampai di kerongkongannya, yakni ketika akan meninggal dunia." (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar r.a)
Anakku, adapun
tanda lainnya dari kecintaan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah dengan
memberi balasan yang berlipat ganda atas perbuatan baik si hamba dan hanya memberi
hukuman yang seimbang dengan kejahatan dan kedurhakaan yang dilakukannnya.
Untuk hal inilah Allah Ta’ala berfirman:
“Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan
yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al-An’aam: 160)
Oleh sebab itu
anakku, janganlah engkau pernah berburuk sangka, bahwa Allah Ta’ala tidak
mencintaimu. Lebih-lebih lagi ketika engkau diuji dengan musibah atau sesuatu
yang tidak engkau sukai. Ingatlah bahwa Allah Ta’ala akan berbuat kepadamu
sebagaimana prasangka engkau kepada-Nya seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah
SAW, bahwa dalam sebuah hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman:
“Aku (tergantung) persangkaan hamba-Ku kepada-Ku’. Aku
(tergantung) persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” (HQR. Muttafaq ‘alaihi dan At-Tirmidzi dari Abu
Hurairah r.a)
Anakku, hendaklah
engkau yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah Ta’ala adalah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya. Peliharalah cintamu kepada Allah
dengan sebaik-baiknya; dan hendaklah engkau senantiasa berprasangka baik kepada
Allah dan mengikuti prasangka baik itu dengan amalan dan perbuatan baik dalam
semua keadaan hidup yang engkau alami. Sebab prasangka buruk terhadap Allah
Ta’ala hanya akan merugikan dirimu sendiri sebagaimana yang telah ditegaskan
Allah dengan firman-Nya:
“Dan yang
demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka
itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.S. Fushilat: 23)
Anakku, mudah-mudahan nasihatku yang ringkas ini bermanfaat
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaanmu kepada Allah Ta’ala.
Jakarta, 26 Jumadil
Awal 1435 H / 28 Maret 2014.
KH.Bachtiar Ahmad