oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Anakku, semua yang kita peroleh dan rasakan di dalam
kehidupan dunia ini adalah semata-mata anugerah dan pemberian Allah Ta’ala,
walau terkadang ada yang terasa pahit dan menyakitkan yang diujikan Allah
Ta’ala kepada kita. Namun semuanya itu patut disyukuri, sebab bersyukur kepada Allah atau mensyukuri nikmat Allah itu
adalah wajib hukumnya sebagaimana yang Allah Ta’ala perintahkan kepada kita
dengan Firman-Nya:
“Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah
kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah: 152)
Dan patutlah engkau ketahui, bahwa syukur yang paling utama
kepada Allah Ta’ala itu adalah; Bahwa engkau telah diberikannya pertolongan
berupa hidayah atau petunjuk untuk menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur atau
mensyukuri nikmat-Nya. Sekalipun secara lahiriah engkau tidak memiliki harta
duniawi dan pangkat ataupun jabatan yang tinggi.
Anakku, lihatlah yang ada di sekitar kita. Banyak yang
diberi harta kekayaan; pangkat dan jabatan, tapi hanya sedikit yang mau
bersyukur kepada Allah sebagaimana yang ditegaskan Allah Ta’ala dalam
Firman-Nya:
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian,
pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Mukminun: 78)
“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang
besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri (nya).” (Q.S. An-Naml: 73)
Anakku, wajib engkau ketahui dan sadari, bahwa sedikitnya
orang yang mau bersyukur atau pandai mensyukuri nikmat Allah adalah karena
sesungguhnya tumbuhnya niat; semangat dan perbuatan untuk bersyukur kepada
Allah di dalam diri seseorang tidaklah datang begitu saja, melainkan Allah
Ta’ala jualah yang mengilhamkan atau memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada
seseorang. Sehingga ia menjadi hamba yang pandai bersyukur dan mensyukuri
nikmat dan rahmat yang Allah anugerahkan kepadanya. Jadi dalam keadaan apapun;
dalam keadaan senang atau susah; sehat ataupun sakit; kaya ataupun miskin, maka
hendaklah engkau senantiasa memohon pertolongan Allah, agar dijadikan-Nya
sebagai salah seorang hamba-Nya yang pandai bersyukur. Sebab yang demikian inilah
yang dimohonkan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis-salam Allah Ta’ala sebagaimana do’a
beliau yang disematkan Allah Ta’ala di
dalam Firman-Nya:
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (Q.S. An-Naml: 19)
Anakku, hal yang sama juga dipesankan dan diajarkan oleh
Rasululullah SAW kepada sahabat beliau Mu’adz r.a sebagaimana yang diterangkan
dalam sebuah hadis; Bahwa Rasulullah SAW suatu ketika memegang tangan dan
beliau berkata:
“Hai Muadz, janganlah sekali-kali engkau lupa setiap selesai
shalat untuk membaca: Allaahumma a-‘innii ‘alaa dzikrika wa syukrikaa wa husni
‘ibaadatika (Ya Allah, berikanlah saya pertolongan (hidayah dan inayah) untuk
selalu ingat kepada-Mu; dan bersyukur kepada-MU dan menyempurnakannya dengan
ibadah yang baik kepada-MU).” (HR.Abu Dawud dan An-Nasa’I dari Muadz bin Jabal
r.a)
Anakku, mudah-mudahan nasihatku ini bermanfaat bagimu dan Allah
Ta’ala senantiasa membimbing kita dengan hidayah dan inayah-Nya, sehingga kita termasuk
ke dalam golongan hamba yang pandai bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah
Ta’ala. Aamiin ya robbal ‘alamiin…
Wallahua’lam.
Jakarta, 02 Rabi’ul
Akhir 1436 H / 23 Januari 2015.
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment