oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Alhamdulillah,
sekarang kita kembali lagi ke bulan Ramadhan yang penuh dengan rahmat dan
berkah Allah Ta’ala bagi orang-orang yang beriman, agar “ketakwaan” mereka makin bertambah. Bukan hanya sekadar menjadi “bertakwa” sebagaimana yang tersirat dan
tersurat dalam Firman Allah Ta’ala: “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S.Al-Baqarah: 183)
Syaikh Abdullah Fathur-rahman mengatakan, bahwa momentum c“puasa Ramadhan” adalah saat yang paling tepat bagi
Orang-orang yang beriman untuk memperbaiki kondisi dan nilai
ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, setelah 11(sebelas) bulan sebelumnya dirinya
terombang ambing dalam gelombang “turun
naik” iman dan takwa yang ada di dalam dirinya. Akan tetapi untuk
memperbaiki dan sekaligus meningkatkan nilai keimanan dan ketakwaannya,
seseorang itu tidak dapat dengan hanya semata-mata mengandalkan “mujahadah” atau berjuang mengendalikan
hawa nafsunya dalam ibadah puasa yang dikerjakannya. Dalam
hal ini untuk mencapai dan mendapatkan hasil yang maksimal agar nilai keimanan
dan ketakwaan makin bertambah, maka disamping melakukan “mujahadah” hendaklah di-ikuti dengan senantiasa melakukan “muroqobah”, yakni hendaklah ia selalu merasa
berada dalam pengawasan dan penglihatan Allah Ta’ala
Syaikh Fathur-rahman mengatakan; bahwa “puasa” dikategorikan ke dalam ibadah “sirr” yakni ibadah yang
tidak bisa dilihat secara lahiriah; Artinya seseorang tidak bisa melihat atau
mengetahui; apakah seseorang itu sedang melakukan puasa atau tidak. Kondisi
apakah seseorang itu sedang berpuasa atau tidak, hanya Allah Ta’ala sajalah yang mengetahuinya..
Dan inilah salah satu makna dari pernyataan Allah sebagaimana yang disebutkan
dalam sebuah hadis qudsi: “Allah Ta’ala berfirman: “Setiap amal perbuatan anak
Adam, yakni manusia yang berupa kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya dengan
sepuluh kalinya sehingga tujuh ratus kali lipatnya. Melainkan puasa, kerana
sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya.” (HQ. Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a)
Syaikh Abdullah
menjelaskan, bahwa jika orang yang
berpuasa itu hanya melakukan “mujahadah” tanpa
di-ikuti oleh keadaan “muroqobah”, maka
boleh jadi suatu ketika nilai ibadah puasanya menjadi tidak bernilai sama
sekali. Hal yang demikian ini sangatlah beralasan, sebab tanpa menyadari diri
dalam pengawasan Allah Ta’ala, dan walaupun secara lahiriah tidak makan dan
minum; akan tetapi penglihatan; pendengaran dan pikiran bisa saja
terkontaminasi oleh syahwat yang buruk. Sehingga pada akhirnya seseorang yang
berpuasa tidak aka mendapatkan apa-apa kecuali “hanya sekadar menahan haus dan lapar” sebagaimana yang disebutkan
oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadis beliau.
Kata Syaikh Junaid Al-Baghdadi; “Mujahadah (mengendalikan hawa nafsu)adalah sesuatu yang mutlak
dilakukan oleh orang-orang yang beriman; tapi jika muroqobah (sadar diri
senantiasa diawasi Allah) tidak dihadirkan; maka mujahadah bisa saja
sia-sia." Sedangkan Syaikh Abdullah Fathur-rahman mengatakan: “Hal pertama yang patut dilakukan oleh orang
yang bermujahadah (berjuang mengendalikan hawa nafsunya) adalah muroqobah,
yakni merasakan kehadiran Allah sebagai Yang Maha Melihat dan Yang Maha
Mengawasi. Sebab hal itu akan lebih menguatkan semangat dan keinginannya
untuk mengalahkan hawa nafsunya.” Dan hal ini sangatlah beralasan karena Allah
Ta’ala telah berfirman di dalam Kitab-Nya:
"dan Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan." (Q.S.
Al-Hadiid: 4)
"Dan kepunyaan
Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (apa saja
yang kamu perbuat)." (Q.S.Al-Baqarah:
115)
Tidak hanya dalam keadaan bersendirian; tapi
dalam keadaan ramai dan berkumpul dengan orang lainpun, Allah hadir di
antara kita, sebagaimana firman-Nya:
"Tidakkah kamu
perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di
bumi?; Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang
keempatnya. dan tiada pula(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah
yang keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu
atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka
berada; Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa
yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatunya." (Q.S.
Al-Mujaadilah: 7)
Bahkan secara spesifik, yang berkaitan dengan puasa
Ramadhan yang diperintahkan-Nya, Allah Ta’ala berfirman:
“dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku
adalah dekat; Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S.Al-Baqarah: 186)
Sementara kedekatan Allah dengan kita, jauh lebih dekat
dari organ tubuh yang melekat di badan kita, sebagaimana firman-Nya:
"Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya." (Q.S.Qaaf: 16)
“Mujahadah” yang di-ikuti dengan “Muroqobah” yang kita lakukan, tidak hanya sekadar bermanfaat
tatkala kita menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan saja; Bahkan menjadi
lebih penting dan utama lagi di bulan-bulan berikutnya dalam rangka menjaga dan
menghidarkan diri dari perbuatan buruk atau kemungkaran yang sangat-sangat
dilarang oleh Allah Ta’ala.
Oleh sebab itu mari kita mantapkan “muroqobah” dalam “mujahadah”
yang kita lakukan dalam kesempatan terbaik yang diberikan Allah Ta’ala di
bulan Ramadhan ini. Mudah-mudahan “rasa
takut” yang kita milki untuk berbuat mungkar benar-benar hanya karena Allah
Ta’ala semata; bukan karena takut dilihat
dan diketahui oleh orang lain; entah itu atasan kita; teman sejawat; Polisi;
Jaksa; KPK; dan lain sebagainya. Wallahu'alam
Bagansiapiapi, 01 Ramadhan 1436 H / 18 Juni 2015
KH. BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment