0leh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Anakku, rasa sakit
atau penyakit yang diujikan Allah Ta’ala kepadamu bukanlah suatu musibah atau
sesuatu yang buruk bagimu, melainkan hal itu adalah salah satu rahmat yang
Allah karuniakan kepadamu. Sebab walaupun secara lahiriah berkurang
kesempatanmu untuk menunaikan kewajibanmu atau beribadah kepada Allah Ta’ala,
akan tetapi Allah akan menutupi kesalahan-kesalahan dan mengampuni dosa-dosamu dengan sebab penyakit
yang engkau rasakan itu. Hal inilah yang diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam
sabda beliau:
“Dari Ibnu
Mas’ud r.a katanya: “Saya memasuki tempat Nabi SAW dan beliau sedang dihinggapi
penyakit panas. Saya lalu berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan dihinggapi
penyakit panas yang amat sangat.” Beliau kemudian bersabda: “Benar,
sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari engkau semua
yang menjadi satu.” Saya berkata lagi: “Kalau demikian Tuan
tentulah mendapatkan dua kali pahala.” Beliau bersabda:
“Benar, demikianlah memang keadaannya, tiada seorang Muslim pun yang terkena
oleh sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang lebih dari
itu, melainkan Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab musibah
yang mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya sebagaimana sebuah pohon
menurunkan daunnya, jika ia bersabar atas emua keadaan itu.” (HR.Muttafaq
‘alaihi dari Ibnu Mas’ud r.a)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Barangsiapa oleh Allah dikehendaki akan memperolehi kebaikan, maka Allah
akan memberikan musibah padanya-baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa
yang menjadi kesayangannya/yang dikasihinya.” (HR.Bukhari dari Abu Hurairah
r.a)
Anakku, bahkan dengan ujian sakit itulah Allah Ta’ala
memberikan kemuliaan; kerajaan dan kekuasaan
yang tidak pernah Allah anugerahkan kepada siapapun; baik sebelum maupun
sesudahnya selain kepada Nabi Sulaiman ‘alaihis-salam
sebagaimana yang Allah Ta’ala jelaskan di dalam Kitab-Nya:
“Dan sesungguhnya
Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya
sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat. // Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun
sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” // Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang
berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya.” (Q.S. Shaad: 34-35)
Oleh sebab itu anakku, ketika engkau sakit; Disamping
berusaha berobat secara lahiriah, banyak-banyaklah engkau beristighfar memohon
ampunan Allah. Dan yang paling utama adalah, itu janganlah jadikan penyakit yang engkau derita
sebagai alasan untuk mengabaikan kewajibanmu kepada Allah. Tunaikanlah kewajiban
itu sesuai dengan kemudahan dan keringanan yang telah diberikan Allah dan
Rasul-Nya sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firman Allah Ta’ala:
“Dia mengetahui
bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan
kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling
besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S.
Al-Muzammil: 20)
Anakku, semoga nasihatku ini bermanfaat bagimu dan
Allah Ta’ala jadikan engkau seorang yang sabar ketika mendapat ujian sakit atau
penyakit dari-NYA. Aamiin ya robbal ‘alamiin.
Wallahua’lam.
Jakarta, 15 Syawal 1436 H / 31 Juli 2015.
KH.Bachtiar Ahmad.
No comments:
Post a Comment