Thursday, 16 July 2015

SELAMAT JALAN RAMADHAN (2)

oleh: KH.Bachtiar Ahmad
======================
Perjalanan Ramadhan tahun ini usai sudah. Untuk sementara waktu Ramadhan akan bersembunyi di balik perjalanan waktu, hingga tiba saatnya Allah kembalikan ia di tahun yang akan datang.  Dan ketika Ramadhan usai tentu ada yang menarik nafas lega, lantaran tidak lagi merasa terbebani  dengan aturan agama yang mengikat aktifitas mereka sehari-hari. Sementara disisi lain “hamba Allah” yang benar beriman dengan ikhlas kepada Allah dan Hari Kemudian akan merasa sedih, lantaran harus berpisah dengan “bulan kemuliaan” yang sarat dengan rahmat dan berkah Allah tersebut. Mereka khawatir, jangan-jangan tahun yang akan datang mereka tak lagi dapat bertemu dengan Ramadhan.

Namun demikian, lepas dari kondisi suka atau tidak suka berpisah dengan Ramadhan tahun ini, maka ada satu hal yang patut kita renungkan dan pertanyakan kepada diri sendiri; Sudahkah kita berhasil mencapai tujuan Ramadhan sebagaimana yang diinginkan Allah di dalam Firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S.Al-Baqarah: 183)

“Takwa” dalam arti yang umum” “melaksanakan semua perintah Allah; baik dalam hal beribadah maupun dalam hal meninggalkan apa yang dilarang Allah.” Dan tentu saja dalam masalah hablumminalaah maupun hablumminannas-nya. Oleh karenanya setelah Ramadhan berlalu, maka nilai-nilai ketakwaan itu haruslah tampak dalam prilaku hidup sehari-hari. Artinya ada perubahan akhlak yang lebih baik jika dibandingkan dengan prilaku hidup sebelum kita menjalani aktifitas Ramadhan. Jika tidak, maka ibadah (puasa) Ramadhan yang dilakukan tentulah tidak ada nilai tambahnya  selain daripada menahan haus dan lapar berkepanjangan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis beliau:

“Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan pahala puasanya, selain dari rasa lapar dan haus” (HR. Imam Ahmad; Al-Hakim; An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a)

“Mujahadah” yang dijalani selama Ramadhan hendaknya benar-benar berbekas, sehingga di hari-hari mendatang kita lagi membiarkan diri terjebak dalam perangkap nafsu yang tentunya lebih cenderung untuk melakukan kejahatan sebagaimana  yang di-ingatkan Allah SWT melalui pernyataan Nabi Yusuf a.s:

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Yusuf: 53)

Sebab bagaimanapun juga tentu telah kita ketahui bersama, bahwa salah satu tujuan utama dari pelaksanaan kewajiban ibadah puasa Ramadhan adalah dalam rangka pengendalian hawa nafsu yang kita miliki. Bahkan untuk hal yang demikian itu, suka tidak suka selama Ramadhan kita juga harus menahan diri dari segala sesuatu yang halal dan yang dibolehkan. Jadi apabila seusai Ramadhan ini kita kembali mengumbar nafsu dan melakukan sesuatu  secara berlebih-lebihan, sekalipun hal itu tidak dilarang oleh agama, maka tentu saja upaya dan pembelajaran yang kita laksanakan selama Ramadhan akan menjadi sia-sia.

Di sisi lain “muroqobah” yang dirasakan selama Ramadhan hendaklah terus menerus dihadirkan  dengan kesadaran yang penuh; Bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat setiap langkah dan perbuatan yang kita lakukan. Hendaknya kita tetap menyadari, bahwa tidak ada sedikitpun celah bagi kita agar bisa bersembunyi dari pandangan Allah untuk mengumbar nafsu dan melakukan kemungkaran. Kita akan selalu ingat bahwa:

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.Al-Hadiid: 4)

Mudah-mudahan dengan menyadari hal tersebut, kita tidak akan lagi menodai “fitrah diri” yang insya Allah telah kita kembalikan kesuciannya dengan karunia Allah dalam berkah dan rahmatnya Ramadhan. Sehingga kita akan tetap menjadi orang yang beruntung sebagaimana yang telah ditegaskan Allah Ta’ala dengan Firman-Nya:

 “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya. Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.”  (Q.S. Asy-Syams: 9-10)

Selamat jalan Ramadhan, in syaa’ Allah kita akan bertemu lagi di tahun yang akan datang. Semoga Allah Ta’ala tetap membimbing kami dengan hidayah dan inayah-Nya, agar kesucian jiwa; keta’atan dan  ketakwaan  yang telah dianugerahkan Allah melalui perantaraanmu tidaklah menjadi sia-sia di hari-hari mendatang.
Wallahua’lam.

Jakarta, 29 Ramadhan 1436 H / 16 Juli 2015

KH.BACHTIAR AHMAD

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.