oleh: KH.Bachtiar
Ahmad
Ramadhan sebentar lagi akan berakhir, dan bagi “hamba
Allah” yang benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian tentulah
merasa sedih dengan berakhirnya perjalanan bulan yang penuh berkah tersebut. Akan
tetapi walaupun demikian, mereka akan terus menapaki jalan keta’atan untuk semaksimal
mungkin mencapai ketakwaan yang sempurna. Bagi mereka Ramadhan boleh berakhir
atau “mati suri” hingga tahun yang
akan datang, tapi Allah Ta’ala yang mereka sembah tidak akan pernah mati
sebagaimana Firman-Nya:
“Allah, tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah
tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Q.S.Al-Baqarah:
255)
Oleh sebab itu, barangsiapa yang beribadah hanya karena
Ramadhan, sungguh ia akan merugi karena amal ibadah yang diperbuatnya juga akan
sirna seiring perginya Ramadhan tahun ini. Akan tetapi bagi yang beramal karena
melaksanakan keta’atan-nya atas apa yang diperintahkan Allah SWT kepadanya,
maka beruntunglah dirinya. Sebab setelah Ramadhan berlalu, ia masih punya waktu
untuk mengabdi dan beribadah kepada Alla Ta’ala sambil melakukan muhasabah;
melaksanakan evaluasi atas apa yang telah dikerjakannya selama Ramadhan mengisi
hari-hari kehidupannya. Dan bagi “hamba
Allah” yang memiliki iman yang kokoh, Ramadhan hanyalah merupakan salah
satu kesempatan terbaik untuk menambah keta’atan dan meraih hidayah Allah, agar
dalam bulan-bulan lainnya mereka tetap menadapatkan keteguhan hati sebagaimana
do’a yang senantiasa mereka lafazkan ke hadirat Allah SWT:
“Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Q.S. Ali ‘Imran:
8)
Dan tentu saja mereka berharap puasa serta amaliah
lainnya yang mereka kerjakan selama Ramadhan, kelak akan menjadi syafaat atau
saksi yang meringankan ketika nanti mereka
berhadapan dengan Allah Ta’ala sebagaimana yang disebutkan Rasulullah SAW dalam
hadis beliau:
“Sesungguhnya puasa
dan Al-Quran akan memintakan syafaat bagi seorang hamba di Hari Kiamat nanti.
Puasa berkata: “Wahai Tuhanku, aku telah mence-gahnya dari makan dan syahwat,
maka berilah ia syafaat karenanya.” Al-Quran juga berkata: “Wahai Tuhanku, aku
mencegahnya dari tidur di malam hari, maka berilah dia syafaat.” Rasulullah SAW
berkata: “Lalu keduanya memintakan syafaat.” ( HR.At-Thabrani;
Imam Ahmad dan al-Hakim r.a)
Semoga
kita semua termasuk ke dalam golongan “hamba
Allah” yang demikian itu; yang benar-benar beribadah kepada Allah Ta’ala
bukan semata-mata hanya karena Ramadhan. Atau dengan kata lain benar-benar menjadi
hamba yang “Rabbani”; yang senantiasa
hidup dan berbuat hanya karena dan untuk Allah Ta’ala semata. Bukan hamba “Ramadhani” yang senantiasa hidup
hatinya untuk melakukan amal saleh dan kebajikan hanya di bulan Ramadhan.
Selamat jalan Ramadhan, mudah-mudahan Allah
Ta’ala masih memberi kami kesempatan untuk berjumpa dan menikmati jamuan Allah
yang berlimpah dan penuh berkah dalam hitungan hari yang engkau lalui untuk
meraih niilai keimanan dan ketakwaan
yang hakiki dalam pandangan Allah Ta’ala. Aamiin ya robbal ‘alamiin…!
Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 23 Ramadhan 1436 H / 10 Juli
2015.
KH. BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment