oleh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Allah SWT dan Rasul-Nya senantiasa mengingatkan kita
agar segera melakukan atau mengerjakan amal-amal shalih; baik yang diwajibkan
maupun yang disunnahkan. Untuk itu Allah Ta’ala berfirman:
“Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luas-nya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Q.S.Ali
‘Imraan: 133)
Sedangkan
Rasulullah SAW bersabda
"Segeralah beramal sebelum datang
tujuh perkara; apakah kalian akan menanti sampai datang kemiskinan yang
melupakan, atau kaya yang membuat sombong, atau sakit yang merusak kehidupan,
atau tua yang melemahkan kekuatan; atau kematian yang menyegerakan, atau datangnya Dajjal,
makhluk gaib yang paling buruk dinanti, atau datangnya hari kiamat, hari yang
sangat dahsyat dan mengerikan" (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a)
Juga
dalam hadis “lima” yang cukup populer
di kalangan kita:
“Pergunakanlah lima hal sebelum datang lima
hal yang lain; Masa mudamu sebelum masa tuamu; sehatmu sebelum datang sakitmu;
kekayaanmu sebelum datang miskin (melarat)mu; hidupmu sebelum datang
kematianmu; dan masa senggangmu sebelum datang masa sibukmu.” (HR. Al-Hakim
dan Al-Baihaqy
dari
Ibnu Abbas r.a dan HR. Ahmad; Abu Nu’aim dari
Amr bin Maimun r.a)
“Orang
yang cerdik lagi pandai adalah yang pandai memanfaatkan waktu dan kesempatan
yang dianugerahkan Allah kepadanya”, demikianlah yang dikatakan oleh
“hukama”. Oleh karenanya kewajiban melaksanakan amal shalih adalah
sesuatu yang sangat mutlak bagi mereka. Terlebih-lebih lagi jika di-ingat,
bahwa kematian itu adalah satu perkara yang pasti datang kepada “yang hidup”
yang tidak bisa ditebak kapan dan dimana dia akan menjemput sebagaimana
yang diperingatkan Allah Ta’ala dengan Firman-Nya:
“Di
mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kenda-tipun kamu di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (Q.S.An-Nisaa’: 78)
“Tiap-tiap
umat mempunyai ajal, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Q.S.Al-A’raaf:
3)
Begitu
juga dengan kondisi-kondisi lainnya sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Rasulullah SAW dalam hadis-hadis beliau yang kita kutipkan di atas; misalnya
dalam masalah rezeki. Bahwa seseorang
yang dianugerahi harta benda yang banyak,
adalah orang yang paling beruntung dan diuntungkan. Karena dengan harta yang
dimilikinya itu, dia punya kesempatan untuk beramal. Dia bisa bersedekah;
membayar zakat; naik haji; membantu
orang yang tak punya/miskin dan lain sebagainya. Sementara dalam keadaan miskin, disamping
tidak dapat melakukan amal kebajikan dengan sempurna lantaran sibuk berusaha
untuk meng-atasi kemiskinan yang melilit dirinya; maka boleh jadi terpaksa atau
tidak akan melakukan kejahatan-kejahatan lantaran kemiskinannya itu. Oleh hal yang demikian itulah orang yang
berharta hendaklah segera beramal, sebab bagaimanapun juga suatu ketika
hartanya bisa saja musnah sebagaimana yang tersirat dalam Firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya
Rabb-mu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya;
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hambanya.” (Q.S.Al-Israa’: 30)
Bahkan orang yang berharta akan selalu
berada dalam penyesalan setelah mati, jika diwaktu hidupnya tidak memanfaatkan
harta bendanya untuk beramal shalih sebagaimana yang ditegaskan Allah dengan
Firman-Nya:
“Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: Ya Tuhanku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah
dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (Q.S.Al-Munafiqun: 10)
Hal
lain yang patut dicermati dan dijadikan sebagai “motivator” diri untuk “segera
beramal” adalah adanya informasi dari Rasulullah SAW tentang “Dajjal.”
Memang dalam hal ini kita tak dapat mengapresiasikan secara nyata bagaimana
bentuk “Dajjal” yang sesungguhnya, akan tetapi yang jelas sekarang ini
sudah banyak bentuk-bentuk perbuatan “Dajjal” yang dapat merusak
keyakinan dan keimanan yang kita miliki. Baik dalam bentuk ajaran agama yang
menyesatkan, maupun dalam bentuk kenikmatan duniawi yang menyenangkan. Sehingga
diakui atau tidak, sebagaimana yang kita saksikan sendiri; Banyak
saudara-saudara kita yang mengabaikan perintah Allah dan Rasul-Nya; khususnya
dalam hal mengerjakan amal kebajikan. Baik yang wajib maupun yang sunnah.
Karenanya ketika kita masih ada waktu dan diberi kesempatan oleh Allah, maka
marilah segera kita perbanyak amal-amal shalih. Sebab bagaimanapun juga hanya
hal itu jualah yang menjadi modal dan bekal kita untu akhirat kelak.
Wallahua’lam.
Bagansiapiapi,
20 Dzulqaidah 1436 H / 4 September 2015
KH. Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment