oleh:
KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Allah dan Rasul-Nya menganjurkan kita untuk berperilaku
dermawan dan sangat mencela terhadap orang-orang yang bakhil (kikir). Bahkan
kedermawanan itu Allah sebutkan dalam Firman-Nya sebagai salah satu kebajikan
yang utama bagi orang taqwa:
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Q.S.
Al-Baqarah: 177)
Berkaitan dengan hal itu, dalam salah satu hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu
Hurairah r.a Rasulullah SAW bercerita:
“Ada seorang lelaki sedang berjalan di
Padang Sahara, sebuah tempat di muka bumi. Tiba-tiba ia mendengar suara dari
atas awan: “Turunkanlah hujan di kebun milik si Fulan!” Kemudian awan itu pun
bergerak dan mencurahkan air hujan di atas tanah harrah (tanah yang berbatu hitam). Seketika salah satu dari
parit-parit tanah harrah itu dipenuhi air, dan si lelaki itu lalu menelusuri jalannya aliran
air tersebut. Beberapa saat kemudian ia
melihat seseorang sedang mengatur aliran air dengan cangkulnya. Lelaki itu
berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah, siapakah namamu?” Si pemilik kebun
menjawab, “Nama saya Fulan” (persis seperti nama yang disebutkan di atas awan
tadi). Kemudian si pemilik kebun balas bertanya, mengapa dia menanyakan
namanya. Lelaki itu pun menceritakan apa yang baru didengarnya dan bertanya
kepada si pemilik kebun: “Wahai tuan, apakah yang telah engkau perbuat dengan
kebunmu ini?”. Si pemilik kebun menjawab: “Aku selalu menunggu hasil dari
kebunku ini. Dari hasilnya, aku selalu menyedekahkan sepertiganya, sedang aku
dan keluargaku memakan sepertiganya dan Dia (Allah) sepertiganya (maksudnya
membayar zakat)”.
Ternyata apa yang diperoleh si pemilik kebun tersebut
adalah merupakan salah satu bukti dari kebenaran firman Allah Ta’ala:
''Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang dapat menumbuhkan menjadi tujuh bulir, dan pada tiap-tiap
bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.'' (Q.S. Al-Baqarah:
261)
Mudah-mudahan kita dengan hidayah dan inayah Allah
Ta’ala, kita dapat menjadi pemilik kebun yang dermawan. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 30 Muharram 1437 H / 13 Nopember 2015.
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment