oleh: KH. Bachtiar
Ahmad
=====================
Ada yang
mengatakan, bahwa kematian itu berjalan sejajar dengan waktu yang kita tempuhi
dalam kehidupan ini. Dan hal ini tercermin dalam perjalanan waktu yang telah
kita lewati; Bahwa dalam setiap detik kita bisa melihat atau mendengar kabar
tentang kematian yang merenggut saudara-saudara kita atau manusia lainnya; Baik
kematian yang terjadi secara perorangan maupun sekaligus mencabut banyak nyawa
dalam satu peristiwa atau kejadian yang ada. Dan sedikitpun tak ada kata “tunggu dulu”
ketika maut datang menjemput. Siapa saja dibawanya pergi meninggalkan dunia
yang fana ini tanpa pilih kasih; baik
tua maupun muda; Besar kecil; Kaya
miskin; Pejabat atau rakyat; sama saja bagi sang maut. Dan tidaklah mustahil ia
akan datang kepada kita dalam waktu-waktu yang kita tempuh dalam kehidupan ini
sebagaimana yang Allah Ta’ala tegaskan dengan Firman-Nya:
“Tiap-tiap umat mempunyai ajal, maka apabila
telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan
tidak dapat (pula) memajukannya.” (Q.S.Al-A’raaf: 3)
“Di mana saja kamu berada, kematian
akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (Q.S. An-Nisaa’:
78)
Dalam hal ini disamping
banyak yang merasa takut dan cemas dengan kematian yang akan datang menjemput, banyak
juga di antara kita yang acuh tak acuh dengannya. Bahkan kebanyakan dari kita
merasa akan hidup “seribu tahun lagi” seperti kata sang penyair “Khairil
Anwar”. Padahal secara tegas Al-Quran telah menyatakan, bahwa hal itu adalah
sesuatu yang tidak mungkin sebagaimana yang tersirat dalam Firman Allah Ta’ala
di dalam Kitab-Nya:
"Dan sungguh
kamu akan mendapati mereka seloba-loba manusia kepada kehidupan (di dunia),
bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin
agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan
menjauhkannya dari siksa. Dan Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan". (QS Al Baqarah
: 96 ).
Menyimak fenomena
yang demikian ini, maka “Syaikhul Islam” Abu
Hamid Al-Ghazali di dalam kitabnya “Al-Ihyaa’” membagi manusia dalam beberapa golongan manusia dalam menghadapi masalah
kematian ini:
Yang
pertama adalah yang beliau
sebut sebagai Al Munhamik;
yaitu orang yang tenggelam dalam tipu daya dan hawa nafsu dunia. Ia tidak
mengingat kematian dan enggan untuk diingatkan orang tentang kematian. Dan
manakala diiingatkan justru ia aka semakin menjauh dari Tuhan dan lupa bahwa
dirinya pasti akan mati. Dirinya tak pernah berupaya meniyapkan bekal untuk
kematian yang akan ditemuinya. Kelompok ini tak pernah takut mati lantaran
mereka terus berusaha melupakan kematian yang akan menjemputnya.
Kedua adalah At-Taib;
yaitu orang yang selalu
bertaubat memohon ampunan dari Allah. Iapun banyak mengingat kematian yang
mendorongnya beramal dan mempersiapkan bekal. Dan kalaupun mereka tidak suka
kematian, hal itu adalah semata-mata adalah karena mereka merasa belum cukup
bekal untuk menghadapi kematian yang akan kepada mereka.
Ketiga
adalah kelompok; Al 'Arif, yaitu orang yang
mengetahui posisi dirinya di hadapan Allah. Mereka senantiasa mengingat
kematian, bahkan ia selalu menanti saat kematian itu. Karena baginya kematian
adalah momentum perjumpaan dengan Allah, Dzat yang selama ini dicintainya dan
dirindukannya dan ia memiliki bekal dan persiapkan penuh untuk menghadapi
kematian. Mereka yang masuk dalam kelompok ini benar-benar tahu, bahwa soal
mati adalah soal waktu. Artinya adalah, bahwa kematian itu ada dalam setiap detik
waktu yang mereka lalui, sehingga ia bisa datang bersamaan dengan bilangan
waktu yang akan mereka lalui. Dan hal inilah yang tersirat dalam firman-Nya:
"Dan Allah
sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan" (Q.S. Al-Munafiqun:
11).
Mudah-mudahan
dengan hidayah dan inayah Allah kita tidak termasuk ke dalam golongan
orang-orang yang abai dengan waktu dan kematian yang setiap sa’at datang
menjemput. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 23
Muharram 1437 H / 6 Nopember 2015
KH. Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment