Friday 4 December 2015

BUKAN CINTA BIASA

oleh: KH. Bachtiar Ahmad
=====================
“CINTA” adalah salah satu anugerah Allah Ta’ala yang terbaik dan terindah dalam kehidupan manusia, yang secara umum di dalamnya ada rasa suka; kasih sayang; saling merindu; rasa hormat; malu; taat; patuh dan tunduk kepada yang dicintai serta dapat pula memacu semangat untuk berbuat lebih baik, bahkan sanggup mengorbankan jiwa raga untuk yang dicintai. Dan dalam petikan kisah-kisah berikut, mudah-mudahan kita bisa belajar lebih banyak dan mendalam tentang kondisi cinta yang luar biasa; atau “bukan cinta biasa” sebagaimana yang kita rasakan saat ini; Khususnya cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai pengejawantahan dari Firman Allah Ta’ala:

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (Q.S. Ali ‘Imran: 31)
=001=
Al-Hafizh Ibnu Hajar  menceritakan dalam Al-Ishabah fi Tamyizish Shahabah:  

“Bahwa ketika perang Uhud meletus, Hanzhalah baru saja menikah dan menikmati malam pertamanya. Dan pagi harinya ketika ia mendengar seruan untuk berangkat ke medan perang, ia segera menyambutnya dan serta merta bergabung dengan pasukan yang sedang berjalan ke Uhud. Padahal ia belum sempat mandi junub. Hal ini terjadi lantaran cintanya Hanzhalah kepada Rasulullah SAW dan tak ingin kehilangan kesempatan sedikitpun untuk bersama-sama dengan beliau dan para sahabat yang lain untuk membela agama Allah.

Selanjutnya atas kehendak Allah, Hanzalah gugur sebagai syuhada Uhud, dan tentu saja apa yang dialaminya menjadi bahan perbincangan. Lalu keadaan ini disampaikan kepada Rasulullah SAW, bahwa Hanzhalah gugur dalam keadaan junub. Rasulullah SAW kemudian bersabda: “Sesungguhnya sahabat kalian (Hanzhalah) dimandikan oleh para malaikat”.

=002=
Di kisah yang lain As-Syaikh Muhammad ibnul Qayyim al-Jauziyah  menukilkan kisah Abu Khaitsamah r.a dalam Zadul Ma’ad  sebagai berikut:

“Lantaran terpengaruh oleh an-nafs al-ammarah bis suu’  (nafsu yang cenderung kepada keburukan), Abu Khaitsamah tertinggal dari rombongan pasukan  Rasulullah SAW yang bergerak ke medan perang Tabuk. Di sa’at yang sama Abu Khaitsamah sedang asyik duduk bercengkerama dengan para istrinya. Dan ketika itu cuaca sangat panas lantaran matahari sedang terik-teriknya.

Akan tetapi beberapa saat kemudian, ketika Abu Khaitsamah melihat  air dan makanan yang terhidang di hadapannya serta beberapa istri yang tengah mengelilinginya, dia tersentak dan berkata kepada istri-istrinya: “Haruskah aku begini, bergelimang kenikmatan dan kemewahan, sementara Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau berada di bawah sengatan teriknya matahari dan tiupan angin padang pasir?  Demi Allah, tidak demikian; aku tidak akan mendekati kalian barang seorangpun walau hanya sesaat,  dan tak akan kunikmati air dan makanan yang kalian hidangkan ini, sampai aku bisa menyusul dan bersama-sama dengan Rasulullah.”

Abu Khaitsamah lalu bangkit meninggalkan istri-istri dan makanan serta minuman yang telah dihidangkan untuknya. Abu Khaitsamah bergegas mengambil kuda dan peralatan perangnya untuk segera menyusul Rasulullah SAW dan para sahabat yang sedang menuju Tabuk. Dan melihat debu mengepul ke udara, Rasulullah pun tahu bahwa yang sedang berpacu ke arah beliau adalah Abu Khaitsamah, seorang sahabat dan mukmin sejati yang tak mungkin meninggalkan jihadnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Maka Rasulullah SAW pun bersabda: “Jadilah kalian seperti Abu Khaitsamah.”

=000=
“Hanzalah” maupun “Abu Khaitsamah” hanyalah sedikit  contoh teladan bagi orang-orang beriman dalam hal mencintai dan menta’ati Allah dan Rasul-Nya. Lalu bagaimana dengan “cinta” kita kepada Allah dan Rasul-Nya?
Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 17 Safar 1437 H / 30 Nopember 2015
KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.