Friday, 1 January 2016

DIA LEBIH MEMBUTUHKANNYA DARIKU

oleh: KH Bachtiar Ahmad
====================
Syaikh Abdul Karim ibni Hawazin Al-Qusyairy An-Naisabury berkisah di dalam Ar-Risalatul Qusyairiyyah fi ‘Ilmi at-Tashauwwufi: “Bahwa pada suatu hari Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib r.a yang sangat terkenal dengan kemurahan hatinya berjalan menuju kebunnya; Dalam perjalanannya, lantaran hari sudah siang dan cuaca agak terik, Abdullah berhenti di salah satu kebun kurma milik orang lain, yang saat itu sedang dijaga oleh seorang budak hitam.

Beberapa saat kemudian Abdullah melihat budak tersebut mengeluarkan bekal makanannya; dan nyaris di saat yang bersamaan masuklah ke dalam kebun tersebut se-ekor anjing kurus; yang kelihatannya sangat lapar sekali. Sambil menjulur-julurkan lidahnya,  anjing kurus tersebut menatap ke arah budak hitam yang saat itu tengah mengeluarkan sepotong roti dari kantung makanannya. Dan demi melihat keadaan anjing tersebut, budak hitam itu lalu memotong rotinya menjadi dua dan melemparkannya kepada “si anjing” dan hanya dalam hitungan detik; dengan lahapnya si anjing memakan roti tersebut. Begitu roti itu habis dilahapnya si anjing  kembali menatap ke arah budak hitam “si penjaga kebun”. Mengetahui keadaan itu, si budak hitam itu lalu melemparkan kembali potongan roti yang ada di tangannya, yang seharusnya menjadi bagian untuk dirinya.

Menyaksikan keadaan yang luar biasa itu Abdullah bin Jakfar lalu mendatangi budak hitam tersebut dan terjadilah percakapan di antara mereka:

“Wahai penjaga kebun, berapa banyakkah engkau diberi bekal dalam sehari untuk menjaga kebun ini ?” 

Budak hitam itu menjawab: “Seperti yang tuan lihat tadi, hanya sepotong roti itulah yang menjadi bekalku.”

“Lalu mengapa engkau berikan semua roti tadi kepada si anjing. Bukankah engkau juga membutuhkannya ?”

“Wahai tuan, di sekitar kebun ini sebenarnya tak ada se-ekor pun anjing yang dipelihara orang. Anjing yang kelaparan tadi mungkin datang dari tempat yang jauh; dan mungkin saja sudah berhari-hari tak menemukan makanan. Tentulah anjing itu sangat lapar sekali dan dia lebih membutuhkan makanan dibandingkan diriku.”

“Tapi apakah kau engkau tidak khawatir dengan dirimu tanpa ada yang kau makan hari ini?”

“Alhamdulillah, hari ini aku akan berlapar-lapar dan mudah-mudahan Allah akan mencatatnya sebagai puasaku hari ini.”  

Mendengar ucapan si budak hitam tersebut, Abdullah berkata dalam hatinya: “Ternyata ada orang yang lebih pemurah dan lebih baik dariku. Padahal aku telah dicela orang karena terlalu pemurah kepada orang lain.”

Beberapa waktu kemudian; Abdullah bin Jakfar membeli kebun tersebut berikut si budak hitam penjaganya; lalu menghibahkan kebun tersebut kepada si budak hitam dan sekaligus memerdekakannya. Wallahua’lam.

Jakarta, 20 Rabi’ul Awal 1437 H / 01 Januari 2016

KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.