oleh:
KH. Bachtiar Ahmad
=====================
Sebagai manusia kita tentulah tidak pernah luput dari
perbuatan yang mengandung dosa. Semuanya pasti pernah berdosa. Bahkan sampai saat ini dosa yang dimiliki terus
bertambah. Akan tetapi sayangnya, banyak
di antara kita tak pernah mau menghitung-hitung dosa yang telah dilakukannya.
Sebab dalam kenyataannya kita lebih suka menghitung-hitung amal dan kebajikan
yang kita perbuat. Dalam hal ini barangkali kalau kita coba menghitung dosa
yang telah kita lakukan dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun
bahkan sepanjang usia kita, kemudian kita sediakan satu kotak kosong, lalu kita
masukkan semua dosa-dosa yang kita lakukan, maka besar boleh jadi kotak
tersebut sudah tak berbentuk kotak lagi, karena tak mampu menahan beratnya
beban dosa yang telah kita lakukan di sepanjang kehidupan yang telah kita
jalani. Atau mungkin diperlukan tambahan kotak yang lain untuk menampung
dosa-dosa yang kita lakukan.
Shalat
yang kita kerjakan masih tambal sulam dan banyak bolongnya. Kita juga pernah
memakan dan menahan hak orang miskin dan hak orang lain. Hati kita pernah dan
bahkan sampai saat ini tetap saja diliputi perasaan benci dan dengki terhadap
orang lain. Sedikit atau banyak tentu kita memiliki rasa permusuhan dengan
saudara kita sesama muslim. Sebagai “pejabat” kita mungkin pula pernah menerima
“upeti” dari orang lain yang ingin berurusan dan menyelesaikan urusannya
tersebut dengan kita.
Kitapun
asyik dengan diri dan keluarga kita sendiri, padahal di kiri kanan kita ada
saudara dan tetangga kita yang hidup melarat. Bahkan yang paling celaka lagi
adalah, mungkin kita pernah berzina; minum minuman keras atau abai terhadap apa
yang diperintahkan Allah. Dan daftar ini akan semakin panjang jika terus kita telusuri
jalan hidup yang telah kita lalui. Lalu
apa yang mesti kita perbuat ?
Ada
baiknya anda simak kembali firman Allah SWT berikut ini:
“Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. // Dan kembalilah kamu
kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu;
Kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). //
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya.” (Q.S.Az-Zumar:
53-55)
Jadi
sebanyak apapun dosa yang telah kita lakukan, maka marilah kita berusaha untuk
mengosongkan kotak dosa yang telah kita lakukan. Kita koosongkan atau
setidak-tidaknya kita kurangi “dosa” yang ada di dalam kotak kehidupan kita; Dan terusberusaha
mengembalikan “fitrah diri” pada kesuciannya sebatas kemampuan yang kita miliki
dan ridhanya Allah kepada kita. Bukankah Rasulullah SAW menyatakan, bahwa Allah
jauh lebih gembira melihat seorang hamba yang datang bertaubat memohon ampun
kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang yang menemukan kembali untanya yang hilang,
yang sarat dengan muatan harta bendanya.
Semoga
Allah Ta’ala limpahkan hidayah dan inayah-Nya kepada kita. Aamiin ya robbal
‘aalamiin.
Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 18 Rabi’ul Akhir 1437 H / 29
Januari 2016
KH. Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment