oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Suatu hari seorang laki-laki
datang kepada “Ibrahim bin Adham” untuk yang meceritakan ihwal dirinya yang
sangat tergiur dengan kenikmatan dunia dan selalu cenderung untuk melakukan perbuatan
maksiat. Setelah mendengar “curhat” laki-laki
tersebut, Syaikh Ibrahim berkata:
“Wahai hamba Allah, jika suatu sa’at keinginan untuk melakukan perbuatan
maksiat, maka cobalah engkau tangkal dengan lima keadaan berikut. Apabila
engkau bisa mengatasinya, maka silahkan engkau bermaksiat kepada Allah. Jika
tidak, maka hendaklah engkau perbanyak istighfar memohon ampunan dan
pertolongan Allah agar terhindar dari perbuatan maksiat.” Setelah berhenti sesa’at,
Syaikh Ibrahim lalu melanjutkan bicaranya:
“Yang pertama, bila kamu hendak
melakukan perbuatan maksiat atau durhaka kepada Allah, maka pikirkanlah, apakah
engkau bisa memakan rezeki selain rezeki-Nya?.”
“Kedua, ketika
kamu hendak bertindak durhaka kepada Allah, pikirkanlah apakah engkau bisa untuk
tidak menginjak bumi yang Allah hamparkan untukmu.”
“Ketiga, bila
kamu tetap ingin mendurhakai-Nya, carilah tempat lain yang tidak dapat
diketahui dan dilihat oleh Allah Ta’ala.”
“Keempat, ketika
datang malaikat untuk mengambil nyawamu, mintalah kepadanya agar kematianmu
ditunda supaya kamu bisa bertaubat dan melakukan amal shalih.”
“Dan yang kelima
adalah,. jika di hari kiamat nanti
malaikat menyeretmu ke neraka, maka hendaklah engkau melawannya dan mintalah
kepadanya agar engkau dibawanya ke surga.”
Mendengar penuturan Ibrahim bin Adham, laki-laki itupun berkata: “Wahai syaikh, tak satupun dari kelima syarat itu yang bisa kulakukan. Karena semuanya adalah milik Allah dan ada dalam genggaman kekuasaan serta kehendak Allah. Terima kasih tuan telah menjawab keinginan saya; mudah-mudahan Allah berkenan memberikan pertolongan-Nya kepadaku. Sehingga aku terhindar dan tercegah dari keinginan untuk bermaksiat dan durhaka kepada-Nya.” Kemudian dengan langkah lunglai laki-laki tersebut meninggalkan Ibrahim bin Adham. Dan beberapa waktu kemudian Syaikh Ibrahim mendengar kabar, bahwa telah bertaubat dan meninggalkan kesenangannya pada dunia yang menggiurkan hatinya. Lalu bagaimana dengan kita ? Wallahua’lam.
(dinukil dan diedit dari “At-Tawwabiin”
karangan Ibnu Qudamah Al-Maqdisi)
Jakarta, 2 Jumadil
Awal 1437 H / 12 Pebruari 2016
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment