Friday 12 February 2016

SYARAT UNTUK MAKSIAT

oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Suatu hari seorang laki-laki datang kepada  “Ibrahim bin Adham” untuk yang meceritakan ihwal dirinya yang sangat tergiur dengan kenikmatan dunia dan selalu cenderung untuk melakukan perbuatan maksiat. Setelah mendengar “curhat” laki-laki tersebut, Syaikh Ibrahim berkata: 


“Wahai hamba Allah, jika suatu sa’at keinginan untuk melakukan perbuatan maksiat, maka cobalah engkau tangkal dengan lima keadaan berikut. Apabila engkau bisa mengatasinya, maka silahkan engkau bermaksiat kepada Allah. Jika tidak, maka hendaklah engkau perbanyak istighfar memohon ampunan dan pertolongan Allah agar terhindar dari perbuatan maksiat.” Setelah berhenti sesa’at, Syaikh Ibrahim lalu melanjutkan bicaranya:

“Yang pertama, bila kamu hendak melakukan perbuatan maksiat atau durhaka kepada Allah, maka pikirkanlah, apakah engkau bisa memakan rezeki selain rezeki-Nya?.”

“Kedua, ketika kamu hendak bertindak durhaka kepada Allah, pikirkanlah apakah engkau bisa untuk tidak menginjak bumi yang Allah hamparkan untukmu.”

“Ketiga, bila kamu tetap ingin mendurhakai-Nya, carilah tempat lain yang tidak dapat diketahui dan dilihat oleh Allah Ta’ala.”

“Keempat, ketika datang malaikat untuk mengambil nyawamu, mintalah kepadanya agar kematianmu ditunda supaya kamu bisa bertaubat dan melakukan amal shalih.”

“Dan yang kelima adalah,.  jika di hari kiamat nanti malaikat menyeretmu ke neraka, maka hendaklah engkau melawannya dan mintalah kepadanya agar engkau dibawanya ke surga.”

Mendengar penuturan Ibrahim bin Adham, laki-laki itupun berkata: “Wahai syaikh, tak satupun dari kelima syarat itu yang bisa kulakukan. Karena semuanya adalah milik Allah dan ada dalam genggaman kekuasaan serta kehendak Allah. Terima kasih tuan telah menjawab keinginan saya; mudah-mudahan Allah berkenan memberikan pertolongan-Nya kepadaku. Sehingga aku terhindar dan tercegah dari keinginan untuk bermaksiat dan durhaka kepada-Nya.” Kemudian dengan langkah lunglai laki-laki tersebut meninggalkan Ibrahim bin Adham. Dan beberapa waktu kemudian Syaikh Ibrahim mendengar kabar, bahwa telah bertaubat dan meninggalkan kesenangannya pada dunia yang menggiurkan hatinya. Lalu bagaimana dengan kita ? Wallahua’lam.

(dinukil dan diedit dari “At-Tawwabiin” karangan Ibnu Qudamah Al-Maqdisi)

Jakarta, 2 Jumadil Awal 1437 H / 12 Pebruari 2016

KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.