Friday, 19 February 2016

Sekilas tentang: IBLIS LAKNATULLAH.

oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Beberapa ahli tafsir menyatakan bahwa  “Iblis” boleh jadi diambil dari kata al-iblas yang maknanya secara harafiah adalah: sesuatu yang suka memberontak atau melakukan perbuatan durhaka. Atau juga memiliki makna: orang yang suka orang putus asa; sedih dan  kecewa.  Sedangkan kata “syaitan” berasal dari kata syatana (ba'uda) yang  maknanya adalah jauh. Dan kata ”jauh” tersebut boleh jadi dirujukkan kepada  tabiat makhluk itu sendiri yang jauh daripada manusia. Atau bisa juga berasal dari kata syatnu (al-ba'du) yang kata “jauh” nya memiliki pemahaman: orang yang jauh dari kebenaran.

Adapun kata iblis hanya dalam bentuk tunggal diulang-ulang dalam Al-Quran sebanyak 11 kali dalam 11 ayat yakni dalam surah:  Al-Baqarah ayat 11; Al-A’raaf ayat 11; Al-Hijr ayat 31 dan 32; Al-Israa’ ayat 61; Al-Kahfi ayat 50; Tha-ha ayat 116; As-Syu’ara’ ayat 95;Saba’ ayat 20 Shad  ayat 74 dan 75. Sementara kata “syaitan” disebut dalam tunggal dan jamak.  Yang tunggal yakni “syaitan” disebut sebanyak 70 kali, sedangkan yang jamak “syayatin” sebanyak 18 kali.

Ada pendapat yang  mengatakan bahwa asal usul syaitan adalah keturunan iblis laknatullah yang  memiliki nama asal  Azazil, atau ada juga disebutkan dengan nama Al-Haaris yang menjadi  penjaga surga. Dan menurut Ibnu Abbas r.a pula, dikatakan  Azazil atau Al-Hariis  diciptakan seribu tahun lebih  awal dari penciptaan manusia dan ia termasuk ahli ibadah. Akan tetapi akhirnya ia merasa dengki dan iri hati lantaran Allah menciptakan manusia (Adam a.s) untuk dijadikan sebagai khalifatu al ardh (pemimpin di muka bumi). Hal ini disebabkan karena ia  menganggap rendah manusia yang diciptakan Allah dari tanah, maka ia lalu menolak “bersujud” sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepada seluruh malaikat dan dirinya.  Hal ini diterangkan oleh Al-Quran dalam surah Al-Baqarah ayat 30 – 34; Al-A’raaf ayat 11 – 18; Shaad ayat 71 – 85 dan dalam beberapa bagian (ayat) surah Al-Hijr (ayat 28-33).

Kemudian lantaran pembangkangan tersebut, Allah mengusir Iblis dari surga dan melaknat atau mengutuknya untuk selama-lamanya (sampai hari kiamat): “Allah berfirman: “Keluarlah dari syurga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. ž Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat.” ž (Q.S. Al-Hijr: 34 – 35)

Namun demikian, walaupun sudah jelas dilaknat dan dikutuk oleh Allah SWT, akan tetapi Iblis bermohon kepada Allah, agar dirinya diberi tangguh untuk tetap hidup hari kiamat untuk menyesatkan manusia. Dan permohonan ini dikabulkan oleh Allah sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat-ayat berikutnya: “Berkata Iblis: “Ya Tuhanku, kalau begitu beri tangguhlah kepadaku sampai hari manusia dibangkitkan.” //  Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. // Sampai hari(waktu) yang telah ditentukan.” // Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.// Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (Q.S. Al-Hijr: 36 – 40)

Selanjutnya mengacu pada firman Allah Ta’ala di dalam Al-Quran, maka paling tidak ada 2 nama  yang dilekatkan Allah untuk “iblis laknatullah”, yang menggambarkan betapa buruk dan tercelanya sifat-sifat yang dimiliki oleh iblis  yang dilaknat oleh Allah tersebut.

Pertama adalah Ar-Rajiim ( ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ ) atau makhluk yang terkutuk sebagai-mana yang dinyatakan Allah dalam Al-Quran: Allah berfirman: “Keluarlah engkau dari syurga, kerana sesungguhnya engkau adalah (makhluk yang) terkutuk." (Q.S. Al-Hijr: 34) (Juga pada surah An-Nahl: 98)

Kedua “mariid” durhaka / jahat yang dijelaskan oleh Al-Quran: “Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala-hala, dan mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka.”  (Q.S.An-Nisaa’: 117) (Juga dalam surah Al-Hajj: 3 / Ash-Shaffaat: 6-7)

Sebagai “makhluk” yang  dimusuhi oleh Iblis laknatulah, maka kita perlu mengetahui; bahwa ada “manusia” yang sangat “disukai/dicintai” Iblis laknatullah; yang di dalam riwayat disebutkan antara lain:  Imam/pemimpin yang tidak amanah (menyeleweng); Orang yang sombong; Orang kaya yang tidak peduli dari mana ia mendapatkan hartanya dan tidak peduli pula kemana ia belanjakan; Uama (orang alim) yang mendukung penyelewengan/pengkhianatan penguasa/pejabat; Pedagang yang curang; Orang  yang  menimbun  makanan pokok di suatu negeri; Pezinah; Pemakan riba; Orang kikir yang tak peduli dari mana hartanya berasal; Pemabuk (Peminum arak).

Sementara 20 golongan yang sangat dibencinya adalah: Rasulullah SAW; Orang alim yang mengamalkan ilmunya; Orang yang hafal Al-Qur’an dan melaksanakan isinya; Muazin yang azan karena Allah; Orang yang menyayangi anak yatim serta fakir miskin; Orang yang berhati penyantun; Orang yang tunduk pada kebenaran (yang haq); Pemuda yang ta’at kepada Allah; Orang yang senantiasa menjaga kehalalan makanannya; Dua orang yang berkasih sayang  karena Allah; Orang yang senantiasa bersemangat untuk shalat berjama’ah; Orang yang senantiasa mengerjakan shalat malam; Orang yang mengekang dirinya dari perbuatan haram; Orang yang memberi nasihat tanpa pamrih; Orang yang senantiasa berada dalam keadaan berwudhuk; Orang yang dermawan; Orang yang memiliki budi pekerti terpuji; Orang yang bersyukur dan senantiasa membenarkan Allah dalam hal rezeki yang ia terima; Orang yang membela para janda karena Allah; Orang yang senantiasa mempersiapkan dirinya untuk kematian yang akan menjemputnya.

Inilah sedikit catatan tentang Iblis laknatullah yang patut diketahui. Mudah-mudahan dengan hidayah dan inayah Allah Ta’ala,  kita senantiasa mampu menghadapi godaan dan bujukan Iblis laknatullah. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 26 Sya’ban 1434 H / 5 Juli 2013.
KH.Bachtiar Ahmad.

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.