Friday, 8 April 2016

LA TAJASSASU



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Salah satu kebiasaan Sayyidna Umar bin Khattab r.a ketika menjabat sebagai “amirul mukminin” adalah melakukan “ronda malam” kelililing kampung untuk mengetahui kondisi umat yang dpimpinnya. Dan suatu malam, dari dalam sebuah rumah Umar mendengar suara seorang laki-laki yang sedang tertawa asyik ditingkahi gelak tawa seorang  wanita. Untuk mengetahui apa yang terjadi.  Umar memanjat jendela dan mengintip ke dalam rumah tersebut. Ternyata di dalam rumah itu ada seorang laki-laki tua asyik bercengkrama dengan seorang wanita muda. Demi melihat keadaan itu, Umar lalu masuk ke rumah tersebut melalui pintu belakang seraya menghardik: “Hai hamba Allah, apakah kamu mengira Allah akan menutup aibmu padahal kamu berbuat maksiat ?”
Mendengar hardikan Umar, tentu saja laki-laki tua dan perempuan itu terkejut. Sesaat mereka terdiam, namum kemudian laki-laki tua itu berkata kepada Umar: “Wahai Umar, janganlah engkau terburu-buru menimpakan kesalahan kepada kami. Boleh jadi kami hanya melakukan satu kesalahan, yakni berdua-duaan di tengah malam. Akan tetapi dengan tindakan engkau yang ceroboh ini, engkau telah melakukan 3(tiga) kesalahan sekaligus.”

Dan belum lagi Umar sempat berpikir tentang ucapan laki-laki tersebut, laki-laki tua tersebut meneruskan perkataannya:

“Wahai Umar, yang pertama engkau telah melanggar larangan Allah sebagaimana yang firman-Nya dalam ayat 12 surah Al-Hujaraat : “…wala tajassasu… (…janganlah engkau mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keburukan orang lain….). Padahal engkau tidak tahu persis siapa kami dan bagaimana hubungan kami. Yang kedua engkau telah melanggar firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 189: “dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” Tapi kenyataannya engkau  telah menyelinap masuk ke dalam rumah ini dari pintu belakang. Dan yang ketiga adalah, engkau telah masuk ke rumah ini tanpa izin, padahal Allah memerintahkan kita untuk meminta izin terlebih dulu, jika ingin masuk ke rumah orang lain sebagaimana firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q.S.An-Nuur: 27)

Setelah mendengar penuturan laki-laki tua tersebut Umar buru-buru minta maaf, dan setelah itu  Umar lalu bergegas meninggalkan rumah tersebut dengan rasa sesal yang sangat dalam.
---00---
Dari tiga kesalahan Umar di atas, maka yang paling menarik untuk kita simak dan kita jadikan bahan perbincangan adalah kesalahannya yang pertama.  Sebab jika ditilik dari situasi dan kondisi yang ada sekarang ini, maka penyakit  tajassasu” (mengintip atau mencari-cari kesalahan orang lain) inilah yang paling banyak menjangkiti masyarakat kita. Bahkan mungkin saja kita sendiri yang terkena penyakit  tersebut.  Namun demikian tentu saja berbeda “tajassasu”  dilakukan  Umar r.a dengan “tajassasu” yang kita perbuat.

Dalam hal ini Umar berbuat karena sebagai “pemimpin” beliau berkewajiban menjaga umat yang dipimpinnya dari perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh yang dimurkai oleh Allah Ta’ala. Dan itupun berakhir dengan baik dan saling memaafkan, sekalipun Umar  mendapat “kritikan” atau “protes” dari orang yang di-intipnya. Sementara sekarang ini masyarakat kita, atau mungkin saja diri kita sendiri, tidak hanya sebatas mengintip atau mencari-cari kesalahan orang lain saja, akan tetapi melanjutkannya dengan tindakan lain seperti menggunjingkannya atau bahkan menyebar luaskan kesalahan atau keburukan orang yang kita intip tersebut. Sehingga dengan demikian, maka lengkaplah kesalahan kita dalam hal melanggar perintah Allah sebagaimana yang difirmankan-Nya secara lengkap dalam surah Al-Hujaraat ayat 12:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah kalian mengintip (mencari-cari) keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Dan yang lebih parahnya lagi adalah, bahwa penyakit “tajassasu” yang mewabah dalam kehidupan masyarakat kita sekarang ini tidak hanya menjangkiti di kalangan  masayarakat awam; tapi juga mewabah di kalangan elite dan cerdik pandai. Lebih-lebih lagi ketika mereka berada dalam kondisi semisal memperebutkan posisi ataupun  jabatan bergengsi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari jabatan RT sampai jabatan Presiden. Dan yang untiknya lagi adalah “tajassasu”  para kandidat yang ada akan mendapat dukungan penuh dari para “supporternya” untuk menjatuhkan atau mengalahkan lawan-lawan mereka. Bahkan untuk keperluan tersebut, mereka juga titak segan-segan mengeluarkan banyak biaya.

Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kita senantiasa mawas diri untuk tidak melakukan “tajassasu” atau terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang ada, yang menyebabkan kita ikut-ikutan menjadi supporter orang yang melakukan “tajassasu” yang dimurkai Allah Ta’ala. Wallahua’lam.

Jakarta, 8 April 2016 / 29 Jumadil Akhir 1437 H
KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.