oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Salah satu kebiasaan Sayyidna Umar bin Khattab r.a
ketika menjabat sebagai “amirul mukminin”
adalah melakukan “ronda malam” kelililing
kampung untuk mengetahui kondisi umat yang dpimpinnya. Dan suatu malam, dari
dalam sebuah rumah Umar mendengar suara seorang laki-laki yang sedang tertawa
asyik ditingkahi gelak tawa seorang
wanita. Untuk mengetahui apa yang terjadi. Umar memanjat jendela dan mengintip ke dalam
rumah tersebut. Ternyata di dalam rumah itu ada seorang laki-laki tua asyik
bercengkrama dengan seorang wanita muda. Demi melihat keadaan itu, Umar lalu masuk
ke rumah tersebut melalui pintu belakang seraya menghardik: “Hai hamba
Allah, apakah kamu mengira Allah akan menutup aibmu padahal kamu berbuat
maksiat ?”
Mendengar
hardikan Umar, tentu saja laki-laki tua dan perempuan itu terkejut. Sesaat
mereka terdiam, namum kemudian laki-laki tua itu berkata kepada Umar: “Wahai
Umar, janganlah engkau terburu-buru menimpakan kesalahan kepada kami. Boleh
jadi kami hanya melakukan satu kesalahan, yakni berdua-duaan di tengah malam.
Akan tetapi dengan tindakan engkau yang ceroboh ini, engkau telah melakukan
3(tiga) kesalahan sekaligus.”
Dan belum
lagi Umar sempat berpikir tentang ucapan laki-laki tersebut, laki-laki
tua tersebut meneruskan perkataannya:
“Wahai
Umar, yang pertama engkau telah melanggar larangan Allah sebagaimana yang firman-Nya
dalam ayat 12 surah Al-Hujaraat : “…wala tajassasu… (…janganlah engkau
mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keburukan orang lain….). Padahal
engkau tidak tahu persis siapa kami dan bagaimana hubungan kami. Yang kedua
engkau telah melanggar firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 189: “dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang
yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” Tapi kenyataannya engkau telah menyelinap masuk ke dalam rumah ini dari
pintu belakang. Dan yang ketiga adalah, engkau telah masuk ke rumah ini tanpa
izin, padahal Allah memerintahkan kita untuk meminta izin terlebih dulu, jika
ingin masuk ke rumah orang lain sebagaimana firman-Nya: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin
dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat.” (Q.S.An-Nuur: 27)
Setelah
mendengar penuturan laki-laki tua tersebut Umar buru-buru minta maaf, dan
setelah itu Umar lalu bergegas
meninggalkan rumah tersebut dengan rasa sesal yang sangat dalam.
---00---
Dari
tiga kesalahan Umar di atas, maka yang paling menarik untuk kita simak dan kita
jadikan bahan perbincangan adalah kesalahannya yang pertama. Sebab jika ditilik dari situasi dan kondisi
yang ada sekarang ini, maka penyakit “tajassasu”
(mengintip atau mencari-cari kesalahan orang lain) inilah yang paling
banyak menjangkiti masyarakat kita. Bahkan mungkin saja kita sendiri yang
terkena penyakit tersebut. Namun demikian tentu saja berbeda “tajassasu” dilakukan
Umar r.a dengan “tajassasu” yang
kita perbuat.
Dalam hal ini Umar berbuat karena sebagai “pemimpin” beliau berkewajiban menjaga
umat yang dipimpinnya dari perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh yang dimurkai
oleh Allah Ta’ala. Dan itupun berakhir dengan baik dan saling memaafkan,
sekalipun Umar mendapat “kritikan” atau “protes” dari orang yang di-intipnya. Sementara sekarang ini
masyarakat kita, atau mungkin saja diri kita sendiri, tidak hanya sebatas mengintip
atau mencari-cari kesalahan orang lain saja, akan tetapi melanjutkannya dengan
tindakan lain seperti menggunjingkannya atau bahkan menyebar luaskan kesalahan
atau keburukan orang yang kita intip tersebut. Sehingga dengan demikian, maka
lengkaplah kesalahan kita dalam hal melanggar perintah Allah sebagaimana yang
difirmankan-Nya secara lengkap dalam surah Al-Hujaraat ayat 12:
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah kalian mengintip
(mencari-cari) keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Dan yang lebih parahnya lagi adalah, bahwa penyakit “tajassasu”
yang mewabah dalam kehidupan masyarakat kita sekarang ini tidak hanya
menjangkiti di kalangan masayarakat
awam; tapi juga mewabah di kalangan elite dan cerdik pandai. Lebih-lebih lagi
ketika mereka berada dalam kondisi semisal memperebutkan posisi ataupun jabatan bergengsi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari jabatan RT sampai jabatan
Presiden. Dan yang untiknya lagi adalah “tajassasu”
para kandidat yang ada akan mendapat
dukungan penuh dari para “supporternya” untuk
menjatuhkan atau mengalahkan lawan-lawan mereka. Bahkan untuk keperluan
tersebut, mereka juga titak segan-segan mengeluarkan banyak biaya.
Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kita senantiasa
mawas diri untuk tidak melakukan “tajassasu”
atau terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang ada, yang menyebabkan kita
ikut-ikutan menjadi supporter orang yang melakukan “tajassasu” yang dimurkai Allah Ta’ala. Wallahua’lam.
Jakarta, 8 April 2016 / 29 Jumadil Akhir 1437 H
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment