oleh:
KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Pada
musim haji tahun itu “Uways Al-Qarni” seorang sahabat yang disebutkan oleh
Rasulullah SAW sebagai orang tidak dikenal di bumi, tapi sangat masyhur di
langit, menunaikan niatnya untuk mengerjakan haji dengan mengendong ibunya yang
sudah renta. Dan itu dilakukan Uways mulai sejak ia meninggalkan rumah yang
jaraknya ratusan kilometer dari Baitullah di Makkah. Di depan Ka’bah usai
melakukan thawaf Uways al-Qarni bertemu dengan Abdullah ibnu Umar bin Khattab,
lalu ia bertanya kepada Ibnu Umar:
“Wahai
sahabat Rasulullah, aku telah menggendong ibuku sejak dari rumah dan baru saja
selesai melaksanakan thawaf. Sesaatpun tak pernah kubiarkan ibuku lepas dari
gendonganku; kecuali saat ia berhajat buang air dan memberinya makan. Menurutmu
apakah yang telah kulakukan ini sudah memadai untuk membalas budinya ?”
Lalu Abdullah ibnu
Umar berkata:
“Wahai sahabatku
yang dimuliakan Allah, sekalipun sepanjang tahun kau gendong ibumu, bahkan
sampai ke ujung duniapun; Maka engkau tidak akan pernah dapat membalas budinya,
walau hanya setitik dari darah yang telah beliau teteskan ke bumi sa’at ia
melahirkanmu. Dan inilah yang telah di-ingatkan Allah kepada kita melalui
Firman-Nya (Q.S. Al-Ahqaf: 15): “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)….” Dan di ayat yang lain
Allah berfirman (Q.S. Luqman: 14): “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Kemudian Abdullah ibnu Umar bin Khattab mohon diri dan
berlalu dari hadapan Uways Al-Qarni yang masih menggendong ibunya di depan
Ka’bah.
Lalu bagaimanakah perlakuan kita terhadap ibu kita?
Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 12
Sya’ban 1437 H / 20 Mei 2016
KH.
Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment