Friday 15 July 2016

KETIKA RAMADHAN BERLALU



oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Ketika Ramadhan berlalu, maka banyak di antara kita yang secara bertahap menurunkan kadar keimanan dan keta’atannya kepada Allah Ta’ala; Banyak di antara kita yang secara berangsur menutup pintu-pintu kebaikan yang telah dibangun selama bulan Ramadhan; Banyak yang mengabaikan dan tidak menjaga ukiran amaliah yang telah dipahat selama Ramadhan; Perlahan tapi pasti, banyak di antara kita yang berbuat layaknya seorang perempuan yang menguraikan kembali benang yang telah dipintalnya dengan kuat sebagaimana yang Allah Ta’ala sindir di dalam Firman-Nya:

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.// Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (Q.S. An-Nahl: 91-92)

Kata ahli hikmah: “meraih kemenangan itu mudah, tapi mempertahankannya sangatlah susah.”. Dan inilah yang banyak terjadi di antara kita sa’at ini; Bahwa ketika Ramadhan dihadirkan Allah Ta’ala di dalam perjalanan hidup kita, maka banyak di antara kita berlomba-lomba melakukan kebajikan, sebagai tanda iman dan keta’atan kita kepada Allah Ta’ala. Segala macam perkara amal kebajikan kita usahakan untuk melakukannya, walau hanya sekadar “membaca satu dua ayat Al-Qur’an” dalam sehari; walau hanya sekadar “berinfaq atau bersedekah seribu rupiah” sehari; walau hanya sekadar menambah aktifitas silaturahmi melalui sholat berjamaah dengan tarawih dan witir “sebelas raka’at” sehari dan berbagai macam amaliah kebajikan lainnya.

Lalu sa’at ini setelah kita berhasil menjadi salah seorang pemenang walau di urutan “sekian”; Apakah ingin menjadi atau dilihat sebagai “pecundang” dalam pandangan Allah Ta’ala ? Semuanya kembali kepada diri kita masing-masing untuk menjawabnya.

Bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, sudah selayaknyalah kita berkewajiban untuk terus memacu diri dan berlomba-lomba berbuat kebajikan atau beribadah hanya karena Allah Ta’ala; Baik yang diwajibkan maupun yang disunnahkan sampai akhir hayat. Sebab jika kita hanya berbuat kebajikan dan beramal hanya karena mengharapkan berkahnya Ramadhan, maka sesungguhnya Ramadhan telah mati untuk sementara waktu dan kembali kepada pemiliknya; Allah ‘Azza Wa Jalla; dan boleh jadi ketika ia dikembalikan lagi dalam kehidupan manusia, kita tidak akan bertemu lagi dengannya. Bahkan yang sangat merugikan lagi adalah, bahwa seperti apa yang dikatakan oleh banyak ulama, beribadah karena Ramadhan atau karena  sesuatu selain Allah Ta’ala bisa menyeret kita ke dalam golongan “orang-orang Musyrik”. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala telah memberikan peringatan kepada kita:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (Q.S. An-Nisa’: 36)

Dan Allah Ta’ala tidak akan memberi ampunan kepada orang-orang yang mempersekutukan-Nya:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.  Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisa’: 48)

Wajib di-ingat dan dipatrikan di dalam hati, bahwa di sepanjang kehidupan yang dilalui, kita hanya diperintahkan untuk menyembah dan beribadah hanya kepada Allah Ta’ala sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firman Allah Ta’ala:

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang kamu yakini (yakni: ajalmu).” (Q.S. Al-Hijr: 99)

Syaikh Abdullah Al-Ghazali mengatakan, bahwa ayat 99 Surah Al-Hijr di atas juga merujuk pada perintah Allah Ta’ala dalam Firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali ‘Imran: 102)

Oleh karena hal-hal yang demikian itulah, mari terus tingkatkan “kualitas dan kuantitas” ibadah hanya karena Allah Ta’ala untuk mencapai derajat ketakwaan yang lebih baik. Dan tatkala “panggilan pulang” telah sampai, kita akan mendapatkan tempat yang paling baik dan mulia di sisi Allah Ta’ala sebagaimana Firman-Nya:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)

Ketika Ramadhan berlalu, teruslah beribadah dan menyembah hanya kepada Allah Ta’ala semata. Sebab Allah Ta’ala tak pernah berlalu; DIA akan selalu hidup dan mengurusi serta mengabulkan do’a-doa kita:

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Q.S. Al-Baqarah: 255). Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 10 Syawal 1437 H / 15 Juli 2016
KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.