oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Siang itu Umar bin
Khattab r.a dengan langkah cepat berjalan menuju rumahnya. Dari raut wajahnya
kelihatan “Amirul Mukminin” tersebut
sangat keletihan setelah seharian “blusukan” melihat secara langsung kondisi
umat yang diamanahkan Allah kepadanya. Baru saja sampai dekat kediamannya,
seorang anak muda memberi salam dan memintanya untuk berhenti sejenak. Kemudian
setelah Umar menjawab salam dan menghentikan langkahnya, anak muda itu berkata:
“Wahai amirul mukminin, maukah tuan
berhenti sesa’at dan menjawab beberapa masalah umat yang ingin kutanyakan
kepada tuan ?”
Mendengar itu Umar
lalu menjawab: “Wahai saudaraku, sungguh
diriku sa’at ini sangat lelah setelah seharian ini aku melaksanakan
tugas-tugasku. Jika engkau berkenan, izinkanlah aku untuk beristirahat sejenak
sekadar melepaskan lelah. Petang nanti usai sholat Ashar datanglah kepadaku,
insya Allah aku akan melayanimu dengan sebaik-baiknya.”
Lalu tanpa sungkan
si pemuda berkata kepada Umar bin Khattab r.a: “Wahai Amirul Mukminin, jawaban tuan seakan-akan menyiratkan dan
memberi isyarat kepada hamba, bahwa tuanlah yang mengatur hidup dan kematian
tuan. Mengapa tuan begitu yakin, bahwa tuan akan tetap hidup menjelang waktu Ashar
nanti; Atau memang tuankah yang mengatur hidup dan matinya Tuan. Bagaimana jika
seandainya Allah Ta’ala mencabut nyawa tuan tatkala tuan tidur nanti; Dan apa
jawaban tuan kepada Allah atas segala segala sesuatu yang telah janjikan untuk
tuan laksanakan ? Bukankan kita telah diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya; menggunakan waktu yang lapang sebelum
tibanya waktu yang sempit, yakni sa’at-sa’at datangnya sakaratul maut.”
Ucapan pemuda itu
kontan membuat “Amirul Mukminin”
terkejut dan merasa malu dan takut kepada Allah Ta’ala. Lalu dengan
berisghtifar memohon ampunan Allah, Umar bin Khattab r.a mendekati si pemuda;
lalu mengajaknya ke rumah dan melupakan segenap rasa lelah dan letihnya. Dan “Amirul Mukminin” itupun melayani apa
yang menjadi keinginan “rakyat” nya
dengan sepenuh hati. Wallahua’lam.
Jakarta, 17 Syawal 1437 H / 22 Juni 2016.
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment