oleh:
KH.Bachtiar Ahmad
======================
Entah
bagaimana mulanya, tiba-tiba saja “teman” saya bilang: “Lebaran (anak) Yatim”
atau “Hari Raya (anak) Yatim” itu “bid’ah”, tidak ada tuntunannya dari
Rasulullah SAW atau dasar hukumnya.”
Dan
demi mendengar “celetukannya” tersebut, saya pun berkomentar: “Justru saya
sangat-sangat berterima kasih kepada “ulama” atau siapa saja yang telah
melakukan “inovasi” atau membuat terobosan untuk menyelenggarakan kegiatan
Lebaran atau Hari Raya anak Yatim di setiap tanggal 10 Muharram itu.”
“Lho,
kok bisa begitu pak Haji?”, tanya si kawan menanggapi komentar saya tersebut.
Sambil
senyum saya balik bertanya kepadanya: “Dalam setahun ini, sudah berapa banyak
dan berapa kali kau santuni dan berbagi dengan anak-anak Yatim. Jangan-jangan
tak pernah, kecuali sesekali mengisi kotak amal untuk anak Yatim yang tersedia
di Musholla atau di Masjid tempat kau sholat Jum’at.”
Melihat
dia diam saja, saya makin semangat untuk “ngocehin” dia:
“Kita
semua tahu, bahwa memelihara, menyayangi dan menyantuni anak-anak Yatim itu
adalah salah satu kewajiban yang Allah perintahkan kepada kita. Bahkan dalam
salah satu Firman-Nya, Allah tegaskan orang yang tidak punya belas kasih
terhadap anak-anak Yatim itu adalah termasuk “orang yang mendustakan agama.”
Tapi seperti kata saya tadi, dalam sehari; seminggu; sebulan atau setahun yang
kita lalui, berapa kali dan sudah berapa banyak kita melakukan itu. Jadi
menurut saya, orang yang melakukan terobosan dan mula pertama menyelenggarakan
kegiatan Lebaran atau Hari Raya anak Yatim itu tentu punya alasan kuat untuk
melaksanakannya. Dalam hal ini paling tidak beliau berpendapat, paling tidak
kegiatan ini bisa mengingatkan orang kepada tanggung jawabnya terhadap
anak-anak Yatim yang ada di sekitarnya. Lagi pula istilah Hari Raya atau
Lebaran anak Yatim itu cuma suatu “istilah”; tidak sama dengan istilah Lebaran
atau dua Hari Raya yang kita kenal selama ini. Dimana sudah diatur tata caranya
menurut syari’at. Sementara Lebaran atau Hari Raya anak Yatim tersebut, walau
difokuskan kegiatannya pada 10 Muharram, tapi ada juga yang baru
melaksanakannya di tanggal yang lain. Dan itupun tidak dilakukan secara
serentak; ada yang laksanakan siang hari; ada yang pagi hari dan atau petang
hari. Walau tujuannya sama, yaitu untuk berbagi kegembiraan dan kebahagiaan
kepada anak-anak Yatim yang mungkin terlupakan di hari-hari yang lain.”
Saya
sengaja berhenti ngoceh untuk melihat reaksinya. Dan melihat saya berhenti
bicara, bak bunyi sebuah iklan kawan saya bilang: “Terus…” Lalu saya katakan
kepadanya: “Kita harus ingat, bahwa Allah Ta’ala berfirman:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik.” (Q.S.Al-Baqarah: 195)
“Nah, berkaitan dengan hal itu salah seorang “Guru” saya
yang sudah almarhum pernah mengajarkan: “Allah dan Rasul perintahkan berbuat
baik atau beramal baik, maka lakukanlah itu dengan semampumu; Baik dengan cara
yang telah dicontohkan atau yang dituntun oleh Rasulullah SAW, maupun dengan
caramu sendiri. Yang terpenting adalah, di dalam perbuatan baik itu TIDAK ADA
UNSUR MAKSIATNYA kepada Allah Ta’ala, atau dengan kata lain: Tidak bertentangan
dengan apa-apa yang telah dilarang Allah dan Rasul-Nya. Jangan takut dibilang
bid’ah sama orang lain, sebab yang mengukur dan membalas amal baik itu adalah
Allah Ta’ala, bukan mereka.”
Menutup ocehan saya bilang kepadanya: “Jadi sekarang kamu
mau bilang BID’AH atau mengada-ada, terserah kamu sajalah. Sebab amal ibadah
kita yang nilai dan memberi balasan bukan orang yang melihatnya, tapi Allah
Ta’ala sebagaimana Firman-Nya:
“Barang siapa
yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)
nya. // Dan barang siapa yang
mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya
pula.” (Q.S. Al-Zalzalah: 7-8)
Dan kamipun
sama-sama berdiam diri. Wallahua’lam
Bagansiapiapi, 6
Dzulhijjah 1438 H / 7 Oktober 2016.
KH.Bachtiar
Ahmad
No comments:
Post a Comment