Friday, 30 December 2016

NASIHAT GURUKU (51): Tentang Adab

0leh: KH.Bachtiar Ahmad
 ====================
Anakku, ada yang mengatakan “adab” itu mendahului “wahyu dan ilmu”. Hal ini secara transparan Allah Ta’ala perlihatkan melalui Rasulullah SAW; Bahwa sebelum beliau diutus, lebih dahulu Allah tampakkan keluhuran budi pekerti beliau, sehingga beliau diberi gelar oleh orang-orang pada masa itu dengan gelar kehormatan “al-amin” yang secara umum bermakna orang yang amanah; jujur dan dapat dipercaya. Dan berkaitan dengan itu Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mendidikku dalam adab dan menjadikan sangat baik.
(HR.Al-Baihaqi/Risalah Qusyairiah).
Dan adapun esensi atau hakikat dari “adab” itu adalah; gabungan semua akhlak yang baik dan terpuji; baik kepada Allah maupun kepada semua makhluk-Nya.
Oleh sebab itulah disebutkan oleh sebahagian ulama; Bahwa orang memiliki adab adalah orang yang memiliki kesempurnaan ilmu, sekalipun apa yang ia miliki (ilmunya) tidaklah banyak. Sementara orang yang memiliki ilmu yang banyak dan tinggi dikatakan sebagai orang yang “bodoh atau zalim”, selama ia tidak memiliki adab yang baik.
Anakku, begitu pentingnya masalah adab ini, maka dikatakan oleh Abdullah ibnul Mubarak: “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.” Sedangkan dalam satu riwayat ada disebutkan, bahwa Imam Malik berkata: “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman; seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku berpesan: “Wahai anak, pelajarilah adab darinya sebelum engkau mengambil ilmunya.”
Anakku, sekarang ini aku melihat banyak orang-orang yang mengaku berilmu; bahkan yang memiliki banyak gelar keilmuan dan juga mereka yang menyandang jabatan atau kekuasaan, cenderung mengabaikan “adab” dalam pergaulan mereka. Yang muda abai kepada yang tua dan sebaliknya yang tua juga menganggap rendah dan remeh kepada yang muda, karena merasa “ilmu” yang mereka miliki dan “gelar” serta “jabatan dan kekuasaan” yang mereka sandang lebih baik dan hebat dari orang lain. Padahal jika mereka pernah belajar, tentulah mereka dapat mengambil i’tibar atau contoh teladan yang baik dari akhlak Rasulullah SAW;  Bagaimana sikap dan akhlak beliau ketika berhadapan dengan setiap orang; Baik dengan yang tua maupun dengan yang muda; dengan yang miskin ataupun dengan orang-orang kaya dan lain sebagainya. Sehingga Allah Ta’ala memuji beliau dengan Firman-Nya:
Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S.Al-Qalam: 4)
Anakku, sebagaimana yang dikutip oleh Imam Al-Qusyairi dalam Risalah beliau, bahwa telah berkata Al-Jalajily al-Bashri: “Tauhid itu menuntut keimanan. Orang yang tidak punya iman tidaklah ia bertauhid. Iman itu menuntut adanya syariat. Jadi orang yang tidak mematuhi syariat tidaklah ia disebut beriman (dengan sungguh-sungguh). Sementara syariat itu menuntut akan adanya adab dalam pelaksanaannya. Maka pada akhirnya seseorang yang tidak memelihara adabnya, berarti ia tidak memelihara iman dan tauhidnya kepada Allah Ta’ala.”
Oleh karena itu anakku, pelihara dan jagalah adabmu, agar terpelihara keimanan dan tauhidmu kepada Allah Ta’ala. Untuk itu senantiasalah engkau memohon kepada Allah Ta’ala dengan do’a yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW:
“Allahummahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdi li-ahsanihaa illa anta, washrif ‘anni sayyi-ahaa, laa yashrif ‘anni sayyi-ahaa illa anta (Artinya: Allahumma ya Allah, tunjukilah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalinggkannya kecuali Engkau].” (HR. Muslim dari ‘Ali bin Abi Tholib)
Semoga nasihatku ini bermanfaat dan Allah Ta’ala senantiasa memeliharamu dari keburukan akhlak dan menjadikan engkau yang memiliki adab yang terpelihara; baik kepada Allah maupun kepada sesame makhluk-Nya. Wallahua’lam.

Bagansiapiapi,  30 Rabi’ul Awwal 1438 H / 30 Desember 2016


KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.