(lihat degan kacamata iman)
oleh: KH.BACHTIAR
AHMAD
=======================
Sejak
beberapa waktu yang lalu kita selalu mendengar orang membicarakan tentang
masalah defisit anggaran yang terjadi di
negeri yang kita cintai ini; mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat
pemerintahan daerah. Dan adapun secara
umum makna “defisit” tersebut adalah
berkurangnya anggaran keuangan;
baik dalam satu pemerintahan;
lembaga ataupun organisasi bahkan dalam rumah tangga.
Adanya atau terjadinya defisit akan
berdampak pada banyak hal seperti berkurangnya anggaran belanja; terkendalanya program pembangunan yang sudah
dirancang; meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok; pengurangan tenaga kerja;
keterlambatan pembayaran gaji; pengurangan uang jasa atau honorarium dan
lain-lain sebagai-nya. Dan tentu saja yang paling utama merasakan dampaknya adalah
masyarakat kelas bawah dan pegawai rendahan,
sehingga banyak yang mengeluh dan merasa cemas dengan kehidupan sehari-hari
yang mereka jalani.
Saat ini, kondisi ekonomi yang sulit
akibat adanya defisit tersebut, semakin parah lagi dengan adanya kebijakan
pemerintah untuk menaikkan pajak kendaraan bermotor; tarif listrik; dan komponen-komponen lainnya, yang berdampak
pada naiknya harga-harga kebutuhan pokok yang sangat diperlukan dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Dan secara manusiawi wajar saja bila kita merasa khawatir; cemas ataupun takut untuk menapaki
kehidupan yang kita jalani. Beragam pertanyaan akan muncul dibenak kita;
Bagaimana harus membiayai hidup sehari-hari; juga tentang biaya sekolah
anak-anak; biaya berobat (jika sakit); bayar listrik; bayar kredit atau pinjaman dan lain-lain sebagainya. Sebab
jika dikalkulasikan; biaya yang harus keluar tidak sebanding dengan gaji yang
diterima atau pemasukan lainnya.
Akan tetapi sebagai orang
beriman, maka sebenarnya kita tidak perlu merasa cemas dan khawatir dengan
situasi dan kondisi ekonomi hidup saat ini. Sebab bagaimanapun juga, kita wajib
yakin dengan seyakin-yakinnya; Bahwa apapun yang terjadi dan yang kita rasakan
di dalam hidup ini, semuanya adalah ujian iman yang diberikan Allah kepada
kita, yang hal ini secara tegas Allah nyatakan dengan Firman-Nya:
“Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benar-nya). Dan hanya kepada Kami lah
kamu dikembali-kan.” (Q.S.Al-Anbiyaa’:35)
Yang dalam hal ini apabila Firman Allah Ta’ala tersebut kita kaitkan
dengan situasi dan kondisi kehidupan yang kita rasakan setiap saat, maka dengan bahasa yang umum dapatlah kita artikan: Bahwa ketika
Allah memberi kita kelebihan rezeki yang banyak atau sebaliknya ketika rezeki
kita dikurang Allah, hal itu adalah semata-mata merupakan ujian iman yang harus
kita sikapi dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya, ketika persoalan “defisit” dengan berbagai problema dan
dampaknya dating menerpa kita, maka hal
itu hendaknya jangan sampai melemahkan keimanan dan keyakinan yang kita miliki.
Apalagi Allah telah menjelaskan tentang bagaimana Allah akan menguji kita; dan
bagaimana pula kita harus menghadapinya sebagaimana yang dijelaskan Allah
dengan Firman-Nya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar; // (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji´uun”; // Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (Q.S.Al-Baqarah: 155-157)
Berkaitan dengan hal itu, dalam menjelaskan Firman Allah Ta’ala dalam
surah Al-Insyirah atau Alam Nasyrah ayat 5-8:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan; // sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; // Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain; // dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S. Al-Insyrah: 5-8)
(Q.S. Al-Insyrah: 5-8)
Syaikh Abdullah Al-Ghazali menerangkan; Bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala
tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang benar-benar beriman kepada-Nya
untuk terus menerus berada dalam kesulitan dan kesusahan hidup; Baik di dunia
ataupun di akhirat kelak dengan syarat; harus mau berusaha semaksimal mungkin
dan beribadah sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya.
Adapun tentang Firman Allah yang berbunyi: “Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”
(Q.S.Al-Insyirah: 7)
(Q.S.Al-Insyirah: 7)
Abdullah Al-Ghazali menjelaskan; Bahwa melalui ayat tersebut Allah
memerintahkan kita untuk tidak pernah berhenti berusaha dan beribadah. Artinya,
jika sudah selesai dengan ibadah yang wajib, kerjakan juga yang disunnahkan.
Atau dalam makna yang lain jika sudah
selesai ibadah, berusahalah untuk kehidupan dunia yang kita jalani atau
sebaliknya; selesai dengan tugas duniawi tunaikan pula ibadah untuk akhirat
nanti. Dan setelah itu serahkan semua
hasil ibadah atau usaha dunia yang kita lakukan itu pada kehendak Allah atau
dengan kata lain; bertawakkallah kepada Allah sebagaimana yang tersirat dan
tersurat dalam ayat berikutnya: “dan
hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S. Al-Insyirah: 8)
(Q.S. Al-Insyirah: 8)
Selanjutnya jika kita benar-benar bersikap seperti itu, berusaha;
beribadah memohon pertolongan Allah dan bertawakkal kepada-Nya, maka sesulit
apapun kondisi ekonomi yang kita rasakan, in syaa’ Allah kita akan mendapatkan
pertolongan Allah sebagaimana yang dijanjikan Allah dengan Firman-Nya:
“Barang
siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke
luar// dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.” (Q.S.At-Thalaq:
2-3)
Jadi sekali lagi, sepanjang
apapun defisit terjadi; sebanyak apapun pemerintah “menzalimi” kita dengan kebijakan-kebijakannya yang terus menerus
menyusahkan rakyatnya; Jika kita benar-benar menyerahkan semuanya kepada
kehendak dan ketentuan Allah, in syaa’ Allah hati dan hidup akan tenang. Karena
sesungguhnyan secara tersurat dan tersirat Allah telah menegaskan:
“…hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-ra’d: 28) Wallahua’lam.
(disunting dari khutbah Jumat 6-Januari-2017 di Masjid Raya
Al-Ihsan Bagansiapiapi)
Bagansiapiapi, 7 Rabi’ul Akhir 1438 H / 6 Januari 2017
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment