Friday 6 January 2017

DEFISIT: Siapa takut?

(lihat degan kacamata iman)
 oleh:  KH.BACHTIAR  AHMAD
=======================


Sejak beberapa waktu yang lalu kita selalu mendengar orang membicarakan tentang masalah defisit anggaran yang terjadi di  negeri yang kita cintai ini; mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat pemerintahan daerah. Dan adapun secara umum makna  “defisit” tersebut adalah berkurangnya anggaran keuangan;  baik  dalam satu pemerintahan; lembaga ataupun organisasi bahkan dalam rumah tangga.

            Adanya atau terjadinya defisit akan berdampak pada banyak hal seperti berkurangnya anggaran belanja;  terkendalanya program pembangunan yang sudah dirancang; meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok; pengurangan tenaga kerja; keterlambatan pembayaran gaji; pengurangan uang jasa atau honorarium dan lain-lain sebagai-nya. Dan tentu saja yang paling utama merasakan dampaknya adalah masyarakat kelas bawah dan pegawai rendahan,  sehingga banyak yang mengeluh dan merasa cemas dengan kehidupan sehari-hari yang mereka jalani.
            Saat ini, kondisi ekonomi yang sulit akibat adanya defisit tersebut, semakin parah lagi dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan pajak kendaraan bermotor; tarif listrik;  dan komponen-komponen lainnya, yang berdampak pada naiknya harga-harga kebutuhan pokok yang sangat diperlukan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dan secara manusiawi wajar saja bila kita merasa khawatir; cemas ataupun takut untuk menapaki kehidupan yang kita jalani. Beragam pertanyaan akan muncul dibenak kita; Bagaimana harus membiayai hidup sehari-hari; juga tentang biaya sekolah anak-anak; biaya berobat (jika sakit); bayar listrik; bayar kredit  atau pinjaman dan lain-lain sebagainya. Sebab jika dikalkulasikan; biaya yang harus keluar tidak sebanding dengan gaji yang diterima atau pemasukan lainnya.
Akan tetapi sebagai orang beriman, maka sebenarnya kita tidak perlu merasa cemas dan khawatir dengan situasi dan kondisi ekonomi hidup saat ini. Sebab bagaimanapun juga, kita wajib yakin dengan seyakin-yakinnya; Bahwa apapun yang terjadi dan yang kita rasakan di dalam hidup ini, semuanya adalah ujian iman yang diberikan Allah kepada kita, yang hal ini secara tegas Allah nyatakan dengan Firman-Nya:
Tiap-tiap  yang  berjiwa  akan merasakan mati.  Kami  akan  menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan  (yang  sebenar-benar-nya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembali-kan.”  (Q.S.Al-Anbiyaa’:35)
Yang dalam hal ini apabila Firman Allah Ta’ala tersebut kita kaitkan dengan situasi dan kondisi kehidupan yang kita rasakan setiap saat,  maka dengan bahasa yang umum dapatlah kita artikan: Bahwa ketika Allah memberi kita kelebihan rezeki yang banyak atau sebaliknya ketika rezeki kita dikurang Allah, hal itu adalah semata-mata merupakan ujian iman yang harus kita sikapi dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya, ketika persoalan “defisit” dengan berbagai problema dan dampaknya  dating menerpa kita, maka hal itu hendaknya jangan sampai melemahkan keimanan dan keyakinan yang kita miliki. Apalagi Allah telah menjelaskan tentang bagaimana Allah akan menguji kita; dan bagaimana pula kita harus menghadapinya sebagaimana yang dijelaskan Allah dengan Firman-Nya:
 “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar; // (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun”; // Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S.Al-Baqarah: 155-157)
Berkaitan dengan hal itu, dalam menjelaskan Firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Insyirah atau Alam Nasyrah ayat 5-8:
 “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; // sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; // Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain; //  dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” 
                                                                                                                (Q.S. Al-Insyrah: 5-8)
Syaikh Abdullah Al-Ghazali menerangkan; Bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang benar-benar beriman kepada-Nya untuk terus menerus berada dalam kesulitan dan kesusahan hidup; Baik di dunia ataupun di akhirat kelak dengan syarat; harus mau berusaha semaksimal mungkin dan beribadah sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya.
Adapun tentang Firman Allah yang berbunyi:  “Maka apabila kamu telah selesai  (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”  
                                                                                                                    (Q.S.Al-Insyirah: 7)
Abdullah Al-Ghazali menjelaskan; Bahwa melalui ayat tersebut Allah memerintahkan kita untuk tidak pernah berhenti berusaha dan beribadah. Artinya, jika sudah selesai dengan ibadah yang wajib, kerjakan juga yang disunnahkan. Atau dalam makna  yang lain jika sudah selesai ibadah, berusahalah untuk kehidupan dunia yang kita jalani atau sebaliknya; selesai dengan tugas duniawi tunaikan pula ibadah untuk akhirat nanti. Dan setelah itu  serahkan semua hasil ibadah atau usaha dunia yang kita lakukan itu pada kehendak Allah atau dengan kata lain; bertawakkallah kepada Allah sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam ayat berikutnya: “dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap.” 
                                                                                                                                                (Q.S. Al-Insyirah: 8)
Selanjutnya jika kita benar-benar bersikap seperti itu, berusaha; beribadah memohon pertolongan Allah dan bertawakkal kepada-Nya, maka sesulit apapun kondisi ekonomi yang kita rasakan, in syaa’ Allah kita akan mendapatkan pertolongan Allah sebagaimana yang dijanjikan Allah dengan Firman-Nya:
 “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar// dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S.At-Thalaq: 2-3)
                Jadi sekali lagi, sepanjang apapun defisit terjadi; sebanyak apapun pemerintah “menzalimi” kita dengan kebijakan-kebijakannya yang terus menerus menyusahkan rakyatnya; Jika kita benar-benar menyerahkan semuanya kepada kehendak dan ketentuan Allah, in syaa’ Allah hati dan hidup akan tenang. Karena sesungguhnyan secara tersurat dan tersirat Allah telah menegaskan:
“…hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.  Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”  (Q.S. Ar-ra’d: 28) Wallahua’lam.
(disunting dari khutbah Jumat 6-Januari-2017 di Masjid Raya Al-Ihsan Bagansiapiapi)

Bagansiapiapi, 7 Rabi’ul Akhir 1438 H / 6 Januari 2017

KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.