oleh: KH.Bachtiar
Ahmad
=====================
Suatu ketika Sultan memberi Nashrudin Hoja seekor keledai dan
berkata: “Hai Nashrudin, ajari keledai
ini membaca, dan dalam dua minggu datanglah kembali kemari, agar bisa kita
lihat hasilnya. Kalau kau berhasil, akan kuberi hadiah yang banyak.”
Dua minggu kemudian Nasrudin kembali ke istana dan
tanpa banyak bicara Sultan menunjuk ke sebuah buku besar yang sudah disiapkan untuk dibaca oleh si keledai. Lalu Nashrudin
menggiring keledainya ke buku itu dan membuka sampulnya. Beberapa saat lamanya
si Keledai menatap buku itu, dan tak lama kemudian iapun mulai membalik
halamannya dengan lidahnya, mulai dari halaman pertama sampai selesai pada
halaman terakhir. Lalu dengan sedikit
sombong Nashrudin berkata kepada Sultan: “Bagaimana
tuanku, bukankah keledaiku bisa membaca ?.”
Lantaran tidak puas dengan keadaan itu, Sultan bertanya
pada Nashrudin: “Bagaimana caramu
mengajarinya membaca ?”
Nashrudin lalu berkisah: “Sesampainya di rumah, aku
siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum
di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan
biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman
buku dengan benar. Dan itulah yang kulakukan padanya selama dua minggu ini."
Dengan persaan tidak puas Sultan berkata kepada
Nashrudin: “Tapi dengan begitu tentu
saja ia tak bisa mengerti dengan apa yang dibaca dan yang dibolak-baliknya.”
Sambil tersenyum Nashrudin pun menyahut: “Memang demikianlah cara keledai membaca:
hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Dan kita pun akan seperti
keledai, kalau kita hanya sekadar membuka; membolak-balik dan membaca Kitab,
bahkan Al-Quran sekalipun tanpa mau memahami; mengerti dan mengamalkan isinya ?
Sultan hanya bisa tertawa pahit mendengar ocehan memberi
Nasrudin, dan mau tidak mau ia harus memberi hadiah yang banyak sebagaimana yang telah
dijanjikannya. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 29 Rajab 1438 H / 26 April 2017
KH. BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment