Friday 19 May 2017

Jika aku mati (2)

oleh: KH.Bachtiar Ahmad
===============
Anakku, jika aku mati nanti janganlah kalian larut dalam kesedihan. Mohonkanlah kepada Allah, agar aku termasuk ke dalam golongan hamba yang diridhai-Nya. Dan jadikanlah kematianku sebagai salah satu pelajaran untuk meningkatkan keimanan dan keta’atan kalian kepada Allah.

Anakku, hendaklah kalian ingat selalu; bahwa jika aku dan kalian dimatikan Allah dalam keadaan Islam dan dimasukkannya ke dalam golongan orang-orang beriman yang diridhai-Nya, maka in-syaa’ Allah kelak kita akan termasuk pula kedalam orang-orang beriman yang dido’akan oleh para Malaikat untuk dapat kembali bersama-sama bertemu dan dikumpulkan kembali oleh Allah sebagaimana yang diterangkan Allah dengan Firman-Nya:

“(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala; // Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana; // dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. Al-Mukmin: 7-9)

Anakku, rasa cinta dan kasih sayang yang dimiliki oleh seorang ayah atau ibu kepada anaknya; atau anak kepada orang tuanya; juga suami kepada isteri dan sebaliknya di dunia yang fana ini belumlah sempurna. Sebab perasaan cinta dan kasih sayang itu barulah benar-benar sempurna setelah mereka mati dan dan dikumpulkan Allah di Akhirat nanti  yang tersirat dan tersurat dalam Firman-Nya:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan (sementara) yang (sangat) memperdayakan.” (Q.S.Ali ‘Imran: 185)

Oleh karenanya anakku, marilah kita semua berusaha dan berupaya untuk mati dalam keadaan “husnul khotimah” atau mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagaimana yang Allah Ta’ala kehendaki dengan Firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Q.S.Ali ‘Imran: 102)

Dan memohon kepada Allah Ta’ala dengan do’a yang diajarkan-Nya:

“Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.” (Q.S.Ali ‘Imran: 193)

Sehingga pada akhirnya kita bisa berkumpul dan merasakan serta  memiliki kecintaan atau kasih sayang yang jauh lebih baik dan sempurna dari apa yang kita miliki dan rasakan sa’at sekarang ini.

Anakku, semoga kalian bisa memahami melaksanakan pesanku  ini dengan hidayah dan inayah Allah Ta’ala. Aamiin ya robbal ‘aalamiin………! Wallahua’lam.

Bagansiapiapi, 22 Sya’ban 1438 H / 19  Mei 2017

KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.