oleh: KH.Bachtiar Ahmad
===============
Anakku, jika
aku mati nanti janganlah kalian larut dalam kesedihan. Mohonkanlah kepada
Allah, agar aku termasuk ke dalam golongan hamba yang diridhai-Nya. Dan
jadikanlah kematianku sebagai salah satu pelajaran untuk meningkatkan keimanan
dan keta’atan kalian kepada Allah.
Anakku,
hendaklah kalian ingat selalu; bahwa jika aku dan kalian dimatikan Allah dalam
keadaan Islam dan dimasukkannya ke dalam golongan orang-orang beriman yang
diridhai-Nya, maka in-syaa’ Allah kelak kita akan termasuk pula kedalam
orang-orang beriman yang dido’akan oleh para Malaikat untuk dapat kembali
bersama-sama bertemu dan dikumpulkan kembali oleh Allah sebagaimana yang diterangkan
Allah dengan Firman-Nya:
“(Malaikat-malaikat)
yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang
yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau
meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat
dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
menyala-nyala; // Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang
telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara
bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana; // dan
peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau
pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah
Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (Q.S.
Al-Mukmin: 7-9)
Anakku, rasa
cinta dan kasih sayang yang dimiliki oleh seorang ayah atau ibu kepada anaknya;
atau anak kepada orang tuanya; juga suami kepada isteri dan sebaliknya di dunia
yang fana ini belumlah sempurna. Sebab perasaan cinta dan kasih sayang itu
barulah benar-benar sempurna setelah mereka mati dan dan dikumpulkan Allah di
Akhirat nanti yang tersirat dan tersurat
dalam Firman-Nya:
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan (sementara) yang (sangat)
memperdayakan.” (Q.S.Ali ‘Imran: 185)
Oleh
karenanya anakku, marilah kita semua berusaha dan berupaya untuk mati dalam
keadaan “husnul khotimah” atau mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah
sebagaimana yang Allah Ta’ala kehendaki dengan Firman-Nya:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.” (Q.S.Ali
‘Imran: 102)
Dan memohon
kepada Allah Ta’ala dengan do’a yang diajarkan-Nya:
“Ya Tuhan
kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang
berbakti.” (Q.S.Ali ‘Imran: 193)
Sehingga
pada akhirnya kita bisa berkumpul dan merasakan serta memiliki kecintaan atau kasih sayang yang
jauh lebih baik dan sempurna dari apa yang kita miliki dan rasakan sa’at
sekarang ini.
Anakku, semoga kalian bisa memahami melaksanakan pesanku ini dengan hidayah dan inayah Allah Ta’ala.
Aamiin ya robbal ‘aalamiin………! Wallahua’lam.
Bagansiapiapi,
22 Sya’ban 1438 H / 19 Mei 2017
KH.Bachtiar
Ahmad
No comments:
Post a Comment