(dinukil dari
TASAWUF MODERN karya BUYA HAMKA)
=========================================
adalah sifat yang suka membanggakan yang berada di dalam badan.
Misalnya ada seorang yang satu kampung dengan seseorang yang berpangkat tinggi
dan ternama, maka bila disebut nama orang itu, dengan hidung bengah si-orang
tersebut dengan bangga akan mengatakan bahwa “dia sekampung dengan saya”.
Kemudian datang yang seorang lagi mengatakan orang itu iparnya. Datang seorang
lagi mengatakan pamannya.
Atau ada pula
seorang anak yang dimana-mana membanggakan dirinya lantaran turunan si anu;
turunan Datuk Perpatih nan Sabatang yang mula-mula mencencang dan melatih
negeri Minangkabau; terutama Demang Lebar Daun, yang mula-mula jadi wazir di
Bukit Si Guntang Mahameru, dari turunan Raja Anusyirwan yang adil. Dan Sultan
Iskandar Zulkarnain.
Perlulah diketahui, bahwa sifat bangga adalah sangat tidak berfaedah, karena menurut Sayyidina Ali:
“Wa qimatu kulil-mar-‘i ma yahsununahu.” Artinya; Harga tiap-tiap manusia ialah menurut kebaikan yang telah diperbuatnya.” Bukan menurut nenek moyangnya.
Nabi SAW bersabda: “Jangan engkau datang kepadaku membawa-bawa turunanmu, tetapi datanglah kepadaku membawa amalmu.”
“Bajuku indah”; Bajulah yang indah, bukan engkau. “Rumahku bagus”; rumahlah yang bagus, bukan engkau. “Hartaku banyak”; hartalah yang banyak, bukan engkau. “Nenek moyangku orang ternama”; nenek moyangmulah yang ternama, bukan engkau !.
Adapun engkau ini datang dari yang kotor, dan dirimu sendiri penuh kotoran; perutmu tempat kotoran; telingamu tempat kotoran. Setelah itu kamu akan kembali ke asal kejadianmu, yaitu tanah.
Hilang badanmu, terbang jiwamu, hilang segala-galanya. Harta benda pindah ke tangan orang lain. Yang diingat orang daripadamu hanya jasa amalmu ! Kalau jasa dan amal itu ada. Kalau tidak ?. Apa yang hendak engkau banggakan. ===
Perlulah diketahui, bahwa sifat bangga adalah sangat tidak berfaedah, karena menurut Sayyidina Ali:
“Wa qimatu kulil-mar-‘i ma yahsununahu.” Artinya; Harga tiap-tiap manusia ialah menurut kebaikan yang telah diperbuatnya.” Bukan menurut nenek moyangnya.
Nabi SAW bersabda: “Jangan engkau datang kepadaku membawa-bawa turunanmu, tetapi datanglah kepadaku membawa amalmu.”
“Bajuku indah”; Bajulah yang indah, bukan engkau. “Rumahku bagus”; rumahlah yang bagus, bukan engkau. “Hartaku banyak”; hartalah yang banyak, bukan engkau. “Nenek moyangku orang ternama”; nenek moyangmulah yang ternama, bukan engkau !.
Adapun engkau ini datang dari yang kotor, dan dirimu sendiri penuh kotoran; perutmu tempat kotoran; telingamu tempat kotoran. Setelah itu kamu akan kembali ke asal kejadianmu, yaitu tanah.
Hilang badanmu, terbang jiwamu, hilang segala-galanya. Harta benda pindah ke tangan orang lain. Yang diingat orang daripadamu hanya jasa amalmu ! Kalau jasa dan amal itu ada. Kalau tidak ?. Apa yang hendak engkau banggakan. ===
Bagansiapiapi, 18
Muharram 1439 H / 8 Oktober 2017
KH.Bachtiar Ahmad.
No comments:
Post a Comment