0leh: KH.Bachtiar
Ahmad
====================
Beberapa hari yang lalu lantaran ada sedikit musibah,
saya lalu menulis status kalimat “istirja” atau “tarji”: INNAA LILLAAHI WA INNA
ILAIHI ROJI’UUN (QS.Al-Baqarah: 156)
yang secara umum artinya adalah “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan
kepada Allah jugalah kami kembali).
Menanggapi status tersebut dengan spontanistas banyak
komentar yang dikaitkan dengan masalah “kematian”. Dan hal inilah yang membuat
saya ingin sedikit menjelaskan dan mengingatkan kembali, bahwa kalimat
“Istirja” atau “Tarji” tidaklah semata-mata atau secara khusus kita lafazkan
ketika mendengar “berita kematian” saja, melainkan berlaku “secara umum”. Baik
ketika ditimpa musibah besar maupun kecil yang hal itu mendatangkan rasa sedih
di dalam hatinya. Sebab pada hakikatnya semua yang terjadi adalah atas kehendak
Allah sebagai “Pemilik” alam semesta dan atas apa saja yang kita miliki.
Menurut Imam
Al-Qurthubi definisi musibah itu adalah: “Bencana yang menimpa manusia meskipun kecil dan juga
digunakan dalam hal yang buruk
(dibenci).” Dan berkaitan dengan itu di dalam Kitab Tafsirnya Al-Qurthubi
menceritakan sebuah riwayat yang bersumber dari Ikrimah r.a:
“Bahwa suatu malam Ikrimah berkunjung kepada Rasulullah SAW, dan pada malam itu tiba-tiba lampu Rasulullah SAW padam. Seketika
itu juga Rasulullah SAW mengucapkan kalimat istirja: “innaa lillaahi wa inna ilahi rooji’uun”. Dan
dengan keheranan Ikrimah bertanya kepada Rasulullah: “Apakah hal ini merupakan
musibah ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab: “Ya, segala sesuatu yang
menyusahkan hati seorang mukmin adalah musibah.”
Dalam satu riwayat diterangkan, bahwa Ummu Salamah
berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda: Tidak ada seorang muslimpun yang
ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Allah, yakni
: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun” (Sesungguhnya kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita
kembali) serta berdo’a “Allaahumma
ajirnii fii mushibatii wa akhlif lii khairan minha” (Ya Allah
berikanlah kepadaku atas musibah ini dan gantikanlah dengan yang lebih baik
darinya). Maka ketika Abu Salamah (suamiku) wafat, aku bergumam, siapa di
kalangan kaum muslimin yang lebih baik dari Abu Salamah, sebuah keluarga yang
pertama kali berhijrah kepada Rasulullah? Tetapi aku lalu mengucapkan do’a
tersebut. Allah pun memberi ganti kepadaku dengan Rasulullah.” (HR. Muslim)
Oleh sebab itu dalam
suatu perkara yang membuat hati kita sedih, maka ucapkanlah kalimat “istirja”
untuk mengingatkan kita kepada Allah Yang Maha Berkehendak dan Berkuasa atas
segala sesuatunya. Dan mohonlah pertolongan Allah agar menghilangkan kesedihan
yang kita rasakan dan menggantikan musibah yang kita alami itu dengan sesuatu
yang lebih baik. Wallahua’lam.
Banten, 20 Safar 1348
H / 9 Nopember 2017
KH.Bachtiar Ahmad
No comments:
Post a Comment