Friday 17 November 2017

TENTANG “ISTIRJA” : INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROJI’UUN

0leh: KH.Bachtiar Ahmad
====================
Beberapa hari yang lalu lantaran ada sedikit musibah, saya lalu menulis status kalimat “istirja” atau “tarji”: INNAA LILLAAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UUN  (QS.Al-Baqarah: 156) yang secara umum artinya adalah “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali).

Menanggapi status tersebut dengan spontanistas banyak komentar yang dikaitkan dengan masalah “kematian”. Dan hal inilah yang membuat saya ingin sedikit menjelaskan dan mengingatkan kembali, bahwa kalimat “Istirja” atau “Tarji” tidaklah semata-mata atau secara khusus kita lafazkan ketika mendengar “berita kematian” saja, melainkan berlaku “secara umum”. Baik ketika ditimpa musibah besar maupun kecil yang hal itu mendatangkan rasa sedih di dalam hatinya. Sebab pada hakikatnya semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah sebagai “Pemilik” alam semesta dan atas apa saja yang kita miliki.

Menurut Imam Al-Qurthubi definisi musibah itu adalah: “Bencana yang menimpa manusia meskipun kecil dan juga  digunakan dalam hal yang buruk (dibenci).” Dan berkaitan dengan itu di dalam Kitab Tafsirnya Al-Qurthubi menceritakan sebuah riwayat yang bersumber dari Ikrimah r.a:

“Bahwa suatu malam Ikrimah berkunjung kepada Rasulullah SAW, dan pada malam itu tiba-tiba lampu Rasulullah SAW padam. Seketika itu juga Rasulullah SAW mengucapkan kalimat istirja:  “innaa lillaahi wa inna ilahi rooji’uun”. Dan dengan keheranan Ikrimah bertanya kepada Rasulullah: “Apakah hal ini merupakan musibah ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab: “Ya, segala sesuatu yang menyusahkan hati seorang mukmin adalah musibah.”

Dalam satu riwayat diterangkan, bahwa Ummu Salamah berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda: Tidak ada seorang muslimpun yang ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Allah, yakni : “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun” (Sesungguhnya kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita kembali) serta berdo’a “Allaahumma ajirnii fii mushibatii wa akhlif lii khairan minha” (Ya Allah berikanlah kepadaku atas musibah ini dan gantikanlah dengan yang lebih baik darinya). Maka ketika Abu Salamah (suamiku) wafat, aku bergumam, siapa di kalangan kaum muslimin yang lebih baik dari Abu Salamah, sebuah keluarga yang pertama kali berhijrah kepada Rasulullah? Tetapi aku lalu mengucapkan do’a tersebut. Allah pun memberi ganti kepadaku dengan Rasulullah.” (HR. Muslim)

Oleh sebab itu dalam suatu perkara yang membuat hati kita sedih, maka ucapkanlah kalimat “istirja” untuk mengingatkan kita kepada Allah Yang Maha Berkehendak dan Berkuasa atas segala sesuatunya. Dan mohonlah pertolongan Allah agar menghilangkan kesedihan yang kita rasakan dan menggantikan musibah yang kita alami itu dengan sesuatu yang lebih baik. Wallahua’lam.

Banten, 20 Safar 1348 H / 9 Nopember 2017

KH.Bachtiar Ahmad

No comments:

Post a Comment

Sekapur Sirih

Bagi yang berminat dengan tulisan yang ada, silahkan dicopy agar dapat berbagi dengan yang lain sebagai salah satu upaya kita untuk menunaikan “amar ma’ruf nahi munkar” yang diperintahkan Allah SWT.