oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Namun demikian walau telah silih berganti
tahun berlalu dalam kehidupan yang kita jalani, apa yang kita inginkan tersebut
belum juga terwujud. Padahal kita telah berusaha semaksimal mungkin; baik
dengan cara lahiriah maupun dengan memohon kepada Allah. Lalu apa yang harus
kita perbuat dalam sisa waktu yang kita miliki sekarang ini? Maka jawabannya
adalah; Teruslah berusaha secara lahiriah dan memohon pertolongan Allah selagi
masih ada waktu yang masih bisa kita manfaatkan. Jangan pernah putus asa dan
kehilangan semangat untyuk meraihnya. Sebab yang demikian itu adalah satu
kesalahan dan dosa besar yang hanya dimiliki oleh orang-orang kafir sebagaimana
yang ditegaskan Allah dengan Firman-Nya: “dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Q.S. Yusuf: 87)
Selain itu sekadar
untuk mengoreksi diri, maka seperti yang dikatakan oleh Syaikh Abdullah
Al-Ghazali; Bahwa tidak atau belum dikabulkannya apa yang menjadi keinginan
kita tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang patut kita koreksi
kembali.
Pertama, memang
kerja atau usaha kita untuk mencapai tujuan tersebut belumlah maksimal.
Kedua, Allah Yang
Maha Mengetahui menilai, bahwa apa yang kita inginkan itu bisa jadi tidaklah
bermanfaat untuk kita, bahkan bisa-bisa akan mengurangi nilai keimanan;
keta’atan dan rasa syukur kita kepada Allah. Sebab pada hakikatnya apa yang
Allah berikan itu bukanlah keinginan kita, melainkan apa yang baik untuk kita.
Sekalipun secara lahiriah hal itu buruk dalam pandangan kita. Dan inilah yang
tersirat dalam Firman Allah: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)
Ketiga, berkaitan
dengan Firman Allah dalam Surah Al-Mukmin atau Surah Ghafir ayat 60: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan
bagimu.” (Q.S. Al-Mukmin: 60)
Syaikh Abdullah
Al-Ghazali menjelaskan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang pun yang berdo’a dengan sebuah doa yang tidak ada
dosa di dalamnya dan dia tidak memutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan
mengabulkan do’anya dengan salah satu dari tiga perkara; Kesatu, disegerakan
baginya (dikabulkan doanya) di dunia
atau; Kedua, dikabulkan do’anya sebagai simpanan untuk akhiratnya atau Ketiga,
dijauhkan dirinya dari segala macam keburukan atau yang semisalnya.” (HR.
Ahmad dari Abu Sa’id Al-Khudry r.a)
Maknanya adalah, bahwa
do’a yang selama ini kita mohonkan kepada Allah tetap dikabulkan-Nya; Entah itu
sebagai simpanan bagi kita atau mungkin sebagai penolak bala yang menjauhkan
kita dari segala macam keburukan atau kejahatan yang dapat menimpa diri kita.
Ke-empat, ini yang
terpenting yang patut kita evaluasi atau kita cermati; Bahwa mungkin saja ada
usaha dan do’a kita yang tidak cukup syarat dan rukunnya; atau bahkan bisa
disebut bertentangan dengan apa-apa yang telah ditetapkan dan yang dikehendaki
oleh Allah dan Rasul-Nya. Kata orang, masih tumpang tindih perbuatan baik
dengan yang buruk; yang halal dengan yang haram. Sehingga pada akhirnya apa
saja yang kita perbuat akan menjadi suatu kesia-sian belaka. Kalaupun ada dan kita berhasil mendapatkan apa-apa yang
kita inginkan, maka jangan-jangan hal itu adalah semacam “istidraj”. Artinya dengan cara itu Allah membiarkan kita untuk
terus menerus berada dalam perbuatan dosa, yang pada akhirnya sedikit demi
sedikit nilai keimanan kita tidak lagi
ada artinya sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW dengan sabda
beliau: “Bila kamu melihat Allah memberi
pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada
dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka ketahuilah, bahwa hal itu adalah istidraj,
yakni nikmat yang disegerakan Allah baginya di dunia, sehingga ia tidak
mendapatkan apa-apa di akhiratnya.” (HR. Ahmad dari Uqbah bin Amir
r.a)
Oleh karenanya adalah wajib bagi
kita untuk muhasabah atau mengoreksi diri. Apakah masih ada hal-hal yang
mungkar yang masih kita lakukan atau tidak. Baik kita merasa bersalah atau
tidak, maka dianjurkan untuk banyak beristighfar memohon ampunan Allah, agar
apa yang menjadi harapan di-ijabah dan dikabulkan sebagaimana yang tersirat
dalam Firman Allah: “Dan (Hud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada
Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan
Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling
dengan berbuat dosa.” (Q.S. Hud: 52)
Semoga apa yang
kita harapkan sejak lama dikabulkan Allah dalam sisa waktu yang kita miliki.
Aamiin ya robbal ‘aalamiin. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi,
27 Rabi’ul Akhir 1439 H / 14 Januari 2015
KH.Bachtiar
Ahmad
No comments:
Post a Comment