oleh: KH.
Bachtiar Ahmad
=====================
“Waktu” adalah sesuatu yang
sangat berharga dalam kehidupan manusia yang seringkali dinyatakan dengan idiom
“waktu adalah emas” atau “waktu adalah uang”, yang artinya adalah; Seseorang hendaklah
benar-benar memanfaatkan waktu kehidupan yang diberikan kepadanya untuk
melakukan sesuatu yang bermanfaatbagi dirinya. Baik untuk kehidupan duniawinya,
terlebih-lebih lagi untuk kehidupan ukhrawinya. Selain itu dalam pandangan
agama, maka “waktu” adalah salah satu
nikmat Allah yang utama, yang Allah anugerahkan kepada semua manusia.
Penjelasan
tentang betapa pentingnya
waktu dalam kehidupan manusia; ketinggian tingkatannya dan pengaruhnya bagi
pemikiran dan kehidupan manusia tersebut
bisa kita simak dari banyaknya
kesaksian ayat-ayat Al-Quran, Bahkan lantaran begitu utama dan
pentingnya waktu tersebut, maka adakalanya Allah dalam konteks yang
berbeda-beda untuk setiap masalah yang diurus-Nya, Allah telah bersumpah dengan
menyebut atau menggunakan waktu yang Dia sendiri yang menciptakannya. Ada
saatnya Allah bersumpah dengan waktu malam; siang; fajar; subuh; ketika
matahari terbenam; waktu dhuha dan juga waktu Ashar. Namun demikian, walaupun
waktu merupakan ciptaan Allah yang sangat bernilai tinggi dan sangat penting
dala kehidupan, masih banyak di antara kita yang lalai dan tidak mau atau tidak
bisa memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin; Baik untuk kehidupan dunianya
maupun untuk akhiratnya. Dan hal inilah yang disindir Rasulullah SAW sebagaimana
yang diterangkan dalam sebuah hadis; Bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dalam keduanya, yaitu nikmat
sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah r.a)
Berkaitan dengan hadits
Rasulullah SAW di atas, maka entah disadari atau tidak, banyak yang lupa bahwa
waktu yang mereka miliki adalah sesuatu yang tidak akan pernah bertambah.
Melainkan setiap saat akan terus berkurang sampai tibat saatnya ajal menjemput.
Dan dalam hal ini hanya orang-orang
yang arif sajalah yang memiliki kesadaran; Bahwa ada sesuatu yang hilang
seiring dengan berjalannya waktu. Sesuatu yang tak mungkin dapat diraih
kembali, sekalipun ada orang yang sanggup membayar mahal untuk mendapatkannya
kembali, yakni hilang dan berkurangnyanya kesempatan untuk berbuat untuk
kepentingan hidupnya. Untuk dunianya dan juga untuk akhiratnya. Dan oleh sebab
itulah Rasulullah SAW telah mengingatkan umat beliau untuk memanfaatkan waktu
dengan sebaik-baiknya, sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam hadis
beliau:
“Manfaat lima hal sebelum
datang lima yang lainnya; Masa mudamu sebelum datang masa tuamu; sehatmu
sebelum sakitmu; kekayaanmu sebelum masa melaratmu; hidupmu sebelum matimu dan
masa senggangmu sebelum masa sempitmu.” (HR.Muttafaq ‘alaihi dari Abu
Hurairah r.a)
Bahkan begitu
pentingnya “nikmat” waktu yang Allah berikan tersebut, maka pada akhirnya akan
menumbuhkan rasa penyesalan yang berkepanjangan setelah nanti kita mati dan
dihisab oleh Allah sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam Firman Allah:
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan
dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu
dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah
tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan
tidak ada bagi orang-orang yang lalim seorang penolongpun.” (Q.S.Fathir: 37)
Dan oleh karena itulah dalam ayat yang lain
Allah secara transparan memerintahkan manusia untuk segera bahkan saling
berlomba memanfaatkan waktu yang mereka
miliki. Firman Allah Ta’ala:
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu
dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang
yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia
yang besar.” (Q.S.Al-Hadid: 21)
Dengan
memperhatikan apa yang telah disampaikan di atas, maka hal terbaik bagi seseorang yang tidak ingin
kehilangan kesempatan dalam hidupnya
adalah dengan cara; Hendaknya ia hidup dalam batas waktu yang tersedia baginya.
Artinya ialah; Bahwa ia benar-benar memanfaatkan waktu yang sedang dijalaninya.
Adapun tentang waktu yang telah berlalu atau yang terlewatkan, kiranya dapat
dijadikan sebagai guru atau tolok ukur untuk apa yang harus dilakukannya. Dan
tentu saja meninggalkan segala macam angan-angan kosong atau yang disebut oleh
agama dengan istilah “thulul ‘amal” dengan
cara menanamkan harapannya kepada
Allahur-Rahman yang akan memberinya kebaikan-kebaikan sesuai dengan yang
dicita-citakannya. Sebab yang demikian inilah yang tersurat dan tersirat dalam
Firman Allah Ta’ala:
“Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain;
// dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
kamu berharap.” (Q.S.Al-Insyirah: 7-8)
Jangan pernah berpikir, bahwa waktu yang dimiliki hanya tinggal
sedikit dan dalam waktu yang pendek tak mungkin bisa meraih apa-apa yang
di-inginkan. Sebab urusan “keberhasilan” kita mencapai sesuatu adalah urusan
Allah Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatunya. Tugas kita hanya berusaha
dan berbuat dengan menyerahkan semua hasilnya pada kehendak dan ketentuan
Allah. Dan inilah yang dinamakan “bertawakkal”
kepada Allah. Dan berusahalah meraih apa yang menjadi cita-cita hidup; Baik
untuk dunia yang sedang kita jalani maupun untuk akhirat yang menanti
kedatangan kita sebagaimana yang difirmankan Allah di dalam Kitab-Nya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashas: 77)
Kita memang harus sadar sepenuhnya, bahwa waktu yang kita miliki
sangat terbatas dan yang namanya “maut” bisa datang kapan saja Allah menghendakinya.
Dan salah satu pertanyaan Allah kepada kita nantinya adalah tentang umur atau
waktu hidup yang telah diberikan-Nya kepada kita. Hal ini dijelaskan Rasulullah
SAW dengan sabda beliau:
“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba
nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4 perkara:)
(pertama,) tentang umurnya dihabiskan untuk apa. (kedua,) tentang ilmunya
diamalkan atau tidak. (ketiga,) tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke
mana dia habiskan. keempat,) tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.” (HR Tirmidzi dari Abu Barzah r.a)
Semoga
kita mampu memanfaatkan waktu yang
diberikan Allah kepada kita untuk kepentingan kehidupan kita di dunia dan di
akhirat kelak dengan sebaik mungkin. Wallahua’lam.
No comments:
Post a Comment