oleh:
KH.BACHTIAR AHMAD
========================
“Siang dan malam” adalah dua dari sekian banyaknya tanda-tanda keberadaan;
kebesaran dan kekuasaan Allahu ‘Azza Wa
Jalla yang wajib dikaji dalam rangka menumbuhkan dan memantapkan keimanan pada-Nya
sebagaimana yang tersirat dan tersurat dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda (keberadaan dan kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali ‘Imraan:
190).
Dan ayat 190 surah Ali ‘Imran
inilah yang membuat Rasulullah SAW menangis di satu tengah malam, sesa’at setelah
Allah mewahyukannya kepada beliau, sebagaimana yang diriwayatkan dari Aisyah
r.a:
“Bahwa pada suatu
malam, yakni pada malam aku mendapat giliran, beliau tidur berdampingan
denganku. Lalu beliau bangun dan kaki beliau menyentuh kulitku, lalu beliau
bersabda: “Wahai Aisyah,
izinkanlah aku beribadah kepada
Tuhan-ku.” Lalu aku berkata (jawab Aisyah): “Demi Allah, sesungguhnya aku merasa
senang berada disampingmu, tetapi aku juga senang engkau beribadah kepada
Tuhanmu.” Maka beliau pergi berwudhuk, dan tidak banyak air yang beliau
gunakan; Lalu berdiri melaksanakan shalat dan menangis hingga jenggot beliau
menjadi basah, lalu sujud dan menangis dan membasahi lantai, lalu berbaring dan
beliau tetap menangis. Setelah itu Bilal datang untuk mengumandangkan azan
shalat subuh. Bilal pun bertanya kepada Rasulullah, mengapa sebabnya beliau
menangis, sedangkan Allah telah mengampuni dosa beliau yang lalu dan yang akan
datang. Maka beliau (Rasulullah) menjawab: “Wahai Bilal, apakah yang dapat
membendung tangisku padahal semalam Allah telah mewahyukan ayat Inna fi
khalqis….(ayat 190 surah Ali ‘Imraan). Maka sungguh celaka siapa yang
membacanya tapi tidak memikirkannya.” (Riwayat Ibnu Mardawaih)
Menyimak dan memperhatikan hadis di atas, maka boleh
jadi kita termasuk dalam kelompok “orang yang celaka” sebagaimana yang dikatakan beliau. Dan salah
satu penyebab utama “kecelakaan” yang menimpa diri kita tesebut, adalah lantaran kita selalu dan jarang
menggunakan akal sehat yang kita miliki untuk
ingat dan bersyukur kepada Allah SWT. Sebab entah itu di waktu siang ataupu
diwaktu malam, kita selalu sibuk dan disibukkan dengan segala macam urusan yang kita perbuat. Padahal menurut Allah SWT
orang yang berakal sehat itu adalah orang-orang yang senantiasa mengngat Allah
sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat berikutnya:
“yaitu orang-orang
yang senantiasa mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau berbaring; dan
mereka meikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata:”Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali
‘Imraan: 191)
Hal lainnya yang mejadikan kita
termasuk “orang yang celaka” sebagaimana yang di-isyaratkan oleh
Rasulullah SAW dalam hadis beliau di atas, adalah lantaran kita sudah tidak lagi
memanfaatkan waktu siang dan malam dengan utuh dan sempurna sebagaimana yang
dinyatakan Allah SWT dengan firman-NYA:
“Dia-lah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu dapat
ber-istirahat padanya dan menjadikan siang terang benderang (supaya kamu dapt
mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.” (Q.S. Yunus: 67)
Akan tetapi pada kenyataannya
banyak di antara kita yang sudah tak dapat membedakan; mana waktu siang dan
mana waktu malamnya lantaran sibuk dengan urusan dunianya. Sehingga pada
akhirnya siang dijadikan malam dan sebaliknya malam dijadikan siang. Langsung tak langsung seperti kata orang, banyak
yang berubah status dari manusia menjadi kalong
ataupun menjadi burung hantu.
Soal mengadakan aktifitas
dalam rangka mencari nafkah hidup di waktu malam memang tak ada larangannya.
Akan tetapi haruslah dalam batas-batas yang dibolehkan agama; Baik jenis
aktifitas maupun waktu yang digunakan. Sebab Allah SWT sudah tegas-tegas
menyatakan untuk apa waktu siang dan waktu malam itu bagi kita, sebagaimana
yang dijelaskan dalam firman-Nya yang telah disebutkan di atas.
Satu hal lagi yang paling
perlu diingat adalah, bahwa waktu malam juga telah ditetapkan Allah sebagai waktu yang paling baik untuk shalat;
berzikir dan mendekat kepada-Nya, lantaran pada Allah tahu persis kesibukan-kesibukan
yang kita lakukan pada siang hari:
“Hai orang yang berselimut // bangunlah (untuk shalat) di malam hari
kecuali sedikit (daripadanya) // yaitu seperduanya (malam)atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit // atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran itu
dengan perlahan-lahan //Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan
yang berat // Sesungguhnya bangun di
waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk)dan bacaan di waktu itu lebih berkesan
// Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang banyak.” (Q.S. Al-Muzzammil: 1-7)
Bahkan Allah SWT akan
memberikan balasan yang paling baik bagi orang-orang yang menggunakan waktu
malamnya untuk “bertaqarrub” kepada-Nya:
“Dan pada sebahagian malam hari bertahajjudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu angkat mengangkat kamu ke tempat
yang terpuji.” (Q.S. Al-Israa’: 79)
Sekarang ini yang lebih
menyedihkan lagi adalah; Bahwa banyak diantara kita yang tidak hanya sekadar
tak bisa lagi memposisikan mana waktu siang (waktu bekerja) dan waktu malam
(istirahatnya). Akan tetapi telah menyalah gunakan waktu malamnya untuk
bermaksiat kepada Allah SWT. Baik dengan
alasan mencari nafkah, maupun hanya sekadar untuk bersenang-senang melampiaskan
kehendak nafsunya. Mereka benar-benar terjebak dan terperangkap dalam kejahatan
malam sebagaimana yang telah diperingatkan Allah SWT dengan firman-NYA:
“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh; dari kejahatan makhluk-Nya; dan dari kejahatan malam apabila telah gelap
gulita; dan dari kejahatan wanita-wanita
tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul; dan dari kejahatan pendengki
bila ia dengki.” (Q.S. Al-Falaq: 1-5)
Karenanya agar kita tidak
termasuk dalam kelompok orang yang celaka,
maka sudah seyogianyalah kita kembali memfungsikan waktu siang dan waktu malam sebagaimana
yang telah ditentukan Allah. Atau kalaupun ada tugas-tugas hidup yang harus dan
wajib dijalankan pada waktu malam, maka
hendaklah dilakukan dengan sebaik-baiknya dalam rangka mendapatkan rahmat dan
ridho Allah SWT. Sebab bagaimanapun juga, tugas-tugas yang dijalankan tersebut,
langsung ataupun tidak adalah merupakan salah satu amanah Allah kepada kita. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 4 Rajab
1433 H / 25 Mei 2012
KH.BACHTIAR AHMAD